Wednesday, May 12, 2010

Dua Puisi Lama Pedje, 5

Sajak untuk Demonstran yang Kukenal lewat Catatannya

Kubaca kabarmu dari waktu yang beku lewat angin yang menyelusup payah
di antara jeruji besi yang kaku
: adakah yang paling mengesankan
selain keyakinan pada kebenaran
yang ditindas lars para tiran?




Teringat Mei

Di antara tikaman timah hitam di tikungan terminal bis kota, seorang mahasiswa menutup mulutnya dengan plester dan mengacungkan sepotong kertas lusuh bertulisan “Imagologi, imagologi hilang kendali. Ideologi telah mati!”

Entah siapa yang ingin dia tarik ke kumpulan huruf itu, entah apa yang terpikir di kepala orang-orang lalu lalang melihat si mahasiswa yang tampak asyik menikmati panasnya sinar matahari, entah kenapa tiba-tiba ia rebah seperti tak mampu menahan rindu pada tanah yang gelisah dan orang-orang tak sempat menemukan huruf untuk menggambarkan perasaan mereka.

Malamnya, di tikungan yang sama, seorang mahasiswa yang lain lagi berteriak lewat pengeras suara, “Mimpi telah menjadi laknat di sini! Tidurlah, tidurlah segera!”

Tapi, orang-orang malah berlari: sebagian sambil mengigau, sebagian sambil meracau, sebagian sambil terpukau, sebagian sambil mengacau, sebagian membidikkan kembali senapannya.

No comments:

Post a Comment