Sunday, September 12, 2010

Karena Hidup Tak Bisa Menunggu...

Hidup, kata penyair Rendra dalam sebuah sajaknya, tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh, tapi justru untuk bekerja membalik tanah, memasuki rahasia langit dan samudra, serta mencipta dan mengukir dunia. Kurang-lebihnya, itulah yang dilakukan oleh sepuluh perempuan ini, yang saya amati perjalanan hidupnya lewat berbagai sumber.

Dilihat dari perjalanan karir dan aktivitas masing-masing, mereka tampaknya menyadari benar bahwa hidup tidak bisa menunggu. Dibutuhkan upaya yang sungguh-sungguh untuk meraih kehidupan seperti yang mereka inginkan. Mungkin Anda dapat memetik pelajaran dari perjalanan hidup mereka, yang telah membawa pengaruh yang relatif besar pada kehidupan banyak orang, baik dalam skala lokal maupun internasional.

R.A. Kartini, Pejuang Kebangsaan
Pada tanggal 2 Mei 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964 untuk menetapkan Raden Ajeng Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Dalam keputusan itu juga ditetapkan hari lahir Kartini, 21 April, sebagai hari besar, yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini. Radeng Ajeng atau Raden Ayu Kartini memang lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, dari pasangan Raden Mas Sosroningrat yang Bupati Jepara dan M.A. Ngasirah. Kartini adalah anak kelima dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di Europese Lagere School, yang antara lain belajar bahasa Belanda. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa yang ia baca, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa dan ia ingin memajukan rakyat sebangsanya, yang pada masanya masih banyak yang belum berpendidikan. Ia juga aktif membuka kesadaran kaum pelajar pribumi agar mencintai tanah airnya. Pemikiran-pemikirannya antara lain terungkap dalam surat-suratnya yang ia kirimkan kepada sahabatnya, Nyonya Abendanon, yang kelak dikumpulkan menjadi sebuah buku dengan judul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang) dan Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoedya Ananta Toer. Kartini dinikahkan oleh orang tuanya dengan Bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri, pada 12 November 1903. Oleh suaminya, Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah perempuan. Kartini wafat beberapa hari setelah melahirkan anak pertamanya, yakni pada 17 September 1904.


Titiek Puspa, Pekerja Seni
Tak salah bila Alberthiene Endah memberi judul A Legendary Diva untuk biografi Titiek Puspa yang ia tulis. Ya, Titiek Puspa adalah salah satu penyanyi legendaris Indonesia, yang memiliki sumbangan begitu banyak bagi perjalanan bangsa ini, setidaknya dalam dunia tarik suara, meski ia juga membintangi sejumlah film layar lebar dan televisi. Perempuan kelahiran Tanjung, Kalimantan Selatan, pada 1 November 1937 ini telah melahirkan banyak lagu yang gemanya tak hilang sampai puluhan tahun. Padahal, penyanyi yang punya nama asli Sumarti (dan sebelumnya Sudarwati dan Kadarwati) ini memulai karirnya sebagai penyanyi lagu Jawa di lingkungan tempat tinggalnya, meski keluarganya tidak mendukung. Itulah sebabnya, pada tahun 1954, ia mengikuti Lomba Bintang Radio Tingkat Jawa Tengah tanpa sepengetahuan orang tuanya dan ia berhasil menjadi juara untuk kategori hiburan. Kemenangan inilah yang membawa dirinya berkenalan dengan Sjaiful Bachri, pimpinan Orkes Simphony Djakarta, yang membuka jalan bagi Titiek untuk menjangkau khalayak yang lebih luas. Dan, nama Titiek Puspa itu ia gunakan untuk menyembunyikan identitasnya agar aktivitas menyanyinya tidak diketahui orang tuanya.

Ayah Titiek adalah seorang mantri kesehatan dan ibunya ibu rumah tangga yang sempat berdagang kue kecil-kecilan untuk membantu menafkahi keluarganya. Pada zaman Jepang, kehidupan keluarga ini benar-benar mengenaskan, sampai-sampai pernah makan rebusan kulit pisang dan Titiek Puspa pernah pula memakan roti yang telah dibuang oleh teman sekolahnya. Namun, berkat keyakinan dan keuletannya, Titiek Puspa akhirnya bisa menorehkan tinta emas dalam perjalanan sejarah musik di Indonesia. ”Apa yang saya raih adalah anugerah Tuhan. Karena, sejak kecil, saya telah membangun dialog dengan Tuhan,” katanya pada sebuah kesempatan.

Oprah Winfrey, Presenter, Pengusaha
Oprah merupakan satu dari beberapa orang Amerika yang banyak menerima Emmy Award, atas kesuksesannya membawakan acara The Oprah Winfrey Show, talk show dengan rating tertinggi dalam sejarah pertelevisian dunia. Ia juga aktris yang pernah masuk dalam daftar nominator penerima Academy Award dan pemilik majalah O yang terkenal. Berkat semua prestasinya itu, Oprah kemudian menjadi orang Afro-Amerika paling kaya di dunia pada abad ke-20. “Rahasia besar dalam hidup ini adalah tidak adanya rahasia besar. Apa pun tujuan Anda, Anda dapat meraihnya jika Anda sungguh-sungguh bekerja,” tulis Oprah dalam salah satu edisi majalahnya.

Oprah lahir di Kosciusko, Mississippi, pada 29 January 1954 dari seorang ibu yang pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan ayah sempat menjadi tukang cukur rambut. Sampai umur enam tahun, Oprah dititipkan ke neneknya yang tinggal di sebuah desa miskin—yang mendidik Oprah dengan keras untuk mencintai buku dan menjadi penyanyi gereja. Setelah berusia enam tahun, ibunya membawa dia pindah ke Milwauke, Wisconsin, Amerika Serikat, tinggal di perkampungan kumuh. Toh, semua itu tak membuat Oprah kehilangan semangat untuk terus belajar. Malah, karena ketekunan dan kecerdasan otaknya, ia pada usia 13 tahun memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Nicolet High School. Dan seperti umumnya remaja Amerika Serikat pada akhir tahun 1960-an, Oprah mulai memberontak terhadap segala macam aturan yang ia anggap mengungkung. Ia kabur dari rumah dan hidup di jalanan. Akibat pergaulan bebasnya, pada usia 14 tahun, Oprah hamil, tapi bayinya kemudian meninggal tak lama setelah dilahirkan. Karena kesal melihat kelakuan Oprah, ibunya lalu mengirim dia ke ayahnya di Nashville, Tennessee. “Dari Ayahlah saya mulai belajar soal skala prioritas,” ungkap Oprah. Ia pun kembali ke sekolah dan kemudian menjadi murid yang dihormati karena prestasi dan keluwesan dalam bergaul. Lulus dari sekolah menengah, Oprah mendapat beasiswa di Tennessee State University—ia mengambil jurusan komunikasi. Setelah lulus kuliah dan bekerja sangat keras, perlahan-lahan Oprah mulai dapat memperbaiki kehidupan ekonominya sampai akhirnya sukses seperti yang kita kenal sekarang ini.

Retno Maruti, Penari
Siapa orang Indonesia dewasa yang tak kenal dengan nama penari ini? Setidaknya, namanya akrab dengan para penggemar seni di sini—bahkan juga di mancanegara. Hidupnya benar-benar didedikasikan untuk dunia tari, khususnya tari Jawa. Tak mengherankan jika Akademi Jakarta pada tahun 2005 lampau memberikan penghargaan life achievement kepada perempuan kelahiran Solo, Jawa Tengah, 8 Maret 1947 ini. ”Apa yang saya capai selama ini tak lepas dari dukungan berbagai pihak, baik dari team work maupun suami saya, yang memberikan kebebasan kepada diri saya untuk mendalami dan berkreasi dalam seni tari. Juga insan pers yang ikut andil dalam membesarkan nama saya,” begitu kira-kira yang diungkapkan Retno Maruti dalam pidatonya ketika mendapat penghargaan dari Akademi Jakarta tersebut.

Retno Maruti belajar tari sejak kecil, lewat bimbingan ayahnya yang berprofesi sebagai dalang, penari, dan dosen tari. Ketika berusia lima tahun, ia dimasukkan ke dalam perkumpulan seni Baluwarti. Setelah itu, ia banyak belajar dari pakar tari, antara lain dari R.T. Kusumokisowo dan Laksminto Rukmi. Sewaktu masih di SMP, Retno Maruti sudah terlibat dalam pergelaran tari Ramayana di Candi Prambanan. Namun, sampai lulus sekolah lanjutan atas dan berkuliah di Akademi Administrasi Negara, Retno belum berpikir untuk menjadi penari profesional, meski tari tak bisa dilepaskan dari kehidupannya sehari-hari. Pikirannya berubah setelah ia mendapat banyak undangan menari ke luar negeri, dalam usia yang masih relatif muda, belum lagi genap 20 tahun. Sepulang dari luar negeri, ia pun mulai mencipta tari. Lahirlah antara lain langendriyan Damarwulan pada tahun 1969, Abimanyu Gugur (1976), dan Roro Mendut (1977) dari jiwanya. Namanya pun berkibar-kibar di jagat tari Indonesia dan dunia.

Erica Hestu Wahyuni, Pelukis
Namanya sebagai pelukis menjadi begitu menonjol ketika ia memamerkan karya-karyanya yang bercorak naif, yang menampilkan sosok-sosok dan benda-benda dalam bentuk deformatif dengan gaya kekanakan, plus selalu ada sosok gajah di dalamnya. Karya-karyanya pun lalu menjadi obyek perburuan, baik oleh kolektor lukisan maupun spekulan. Toh, ia tak berpuas diri. Di tengah puncak popularitasnya, ia justru “melarikan” diri ke Rusia untuk mendalami grafito, fresco, dan mosaik. Pulang dari Rusia, ia melahirkan corak lukisan yang berbeda dengan gaya sebelumnya yang pernah ia tekuni. Meski banyak menuai kritik, Erica tetap bersemangat untuk melahirkan karya-karya baru. Ia seakan tak peduli mau diletakkan dalam kelompok apa oleh para kritikus seni rupa. ”Itu hak mereka. Toh, saya kini dapat menciptakan jendela-jendela sendiri di mana saya dapat berdiri di sana,” ujar Erica, seperti dikutip seorang pengamat seni lukis di sebuah media.

Perempuan kelahiran Yogya pada 1 Januari 1971 ini memang sejak kecil sudah punya keinginan kuat untuk menjadi pelukis. Semasa kecil, ia belajar dan tergabung dalam Pendidikan Melukis Anak-Anak Katamsi. Begitu lulus dari sekolah lanjutan atas pada tahun 1989, Erica pun memilih jurusan seni lukis di Institut Seni Indonesia-Yogyakarta untuk mewujudkan impian masa kanaknya. Dan, berkat kegigihan dan upayanya yang terus-menerus, mimpi itu pun menjadi kenyataan.

J.K. Rowling, Penulis Novel
Hampir bisa dipastikan, anak-anak sekolah dasar dan remaja di berbagai kota besar dunia mengenal Harry Potter. Kemungkinan besar, mereka juga mengenal pencipta tokoh rekaan tersebut, seorang ibu dari tiga anak yang lahir Chipping Sodbury, Inggris, pada 31 Juli 1965: Joanne Kathleen Rowling atau lebih dikenal sebagai J.K. Rowling. Nama Rowling menjadi sorotan berbagai media massa internasional ketika pada tahun 1999 tiga seri pertama novel Harry Potter menduduki tempat teratas daftar New York Times Best-Seller, setelah sebelumnya meraih kesuksesan di Inggris. Padahal, ia menulis buku itu karena desakan ekonomi, setelah bercerai dari seorang pria Portugal. ”Ide penulisan buku itu muncul sewaktu saya sedang dalam perjalanan menaiki kereta api dari Manchester ke London pada tahun 1990,” tuturnya. Namun, setelah novel itu selesai ditulis, Rowling mengalami beberapa penolakan, sampai akhirnya ada sebuah penerbit yang melihat mutiara terpendam dalam karyanya itu. Maka, dunia pun kemudian dilanda demam Harry Potter—terutama setelah novel itu diangkat ke layar lebar—dan Rowling masuk dalam daftar orang-orang kaya di jagat raya.

Pada Desember 2001, Rowling menikah kembali, dengan Dr. Neil Murray. Dari pernikahan ini, mereka telah dikarunian dua anak. ”Setelah selesai menulis serial Harry Potter, saya kini sedang mencoba menulis novel dengan suatu genre baru,” ujarnya.

Mira Lesmana, Filmmaker
Ketika perfilman Indonesia sedang mati suri di awal tahun 1990-an, Mira Lesmana mendirikan Miles Film Productions pada tahun 1995. Bersama beberapa temannya, ia kemudian memproduksi film Kuldesak, yang oleh banyak kalangan dianggap sebagai tonggak kebangkitan kembali film Indonesia. Anggapan itu benar. Karena, setelah film itu, Indonesia kembali diramaikan oleh film-film produksi anak negeri. Mira dan kawan-kawannya pun terus memproduksi film, antara lain Petualangan Sherina, Eliana Eliana, dan Ada Apa dengan Cinta. ”Kuldesak seperti efek bola gelinding. Ada penularan semangat. Kuldesak mungkin lebih dari attitude yang melawan prosedur, yang penting bikin film,” ujar ibu dari dua anak ini kepada sebuah media.

Perempuan yang lahir di Jakarta pada 8 Agustus 1964 ini alumni Institut Kesenian Jakarta. Ia mengambil jurusan penyutradaraan. Mira mengaku, sejak kecil ia memang gemar menonton film, yang semakin mengental setelah ia tinggal di Sydney, tahun 1979. Saking getolnya, kalau sedang hari libur, ia bisa menonton tiga film dalam sehari. Namun, keinginannya untuk membuat film muncul saat ia berusia 17 tahun, setelah menonton pemutaran ulang film 2001 Space Odissey karya Stanley Kubrick, The Wall karya Alan Parker, E.T. karya Steven Spielberg, dan Star Wars karya George Lucas. ”Empat film itu punya dimensi dan kekuatan yang berbeda dan saya merasakan bahwa film memiliki kekuatan yang dahsyat,” katanya kepada sebuah media. Buku-buku tentang penyutradaraan pun ia beli dan ia langsung menyatakan kepada ayahnya bahwa dirinya ingin menjadi orang film. Sang ayah menyetujui. Maka, selepas dari sekolah menengah atas, Mira pun mencari sekolah film di Australia. Ia mendaftar di Australian Film & Television School. Tapi, karena belum punya karya, ia tak bisa masuk ke sana. Maka, Mira pun akhirnya memilih Institut Kesenian Jakarta sebagai pelabuhannya. Toh, lulus dari IKJ, Mira justru bekerja di perusahaan periklanan, selama delapan tahun. Lepas dari dunia iklan mulailah ia menggeluti dunia film secara total. Sebelum berkiprah di layar lebar, Mira dan kawan-kawan sempat membuat beberapa karya untuk layar kaca, antara lain Anak Seribu Pulau, Enam Langkah, dan Buku Catatanku.

Madonna, Penyanyi, Aktris, Penulis
Dalam Guinness Book of Records edisi tahun 2007, Madonna dinobatkan sebagai “the highest earning female singer of all time”. Sebelumnya, pada tahun 2000, Guinness World Records mencatat Madonna sebagai perempuan artis rekaman paling sukses sepanjang masa, dengan perkiraan jumlah penjualan albumnya di seluruh dunia mencapai 120 juta keping. Di tengah berbagai sikapnya yang sering kontroversial, diva yang menganut ajaran Kabbalah ini memang patut diacungi banyak jempol saking begitu banyaknya prestasi yang ia telah capai. Namun, siapa sangka, ketika ia pertama kali tiba di New York pada tahun 1997, di kantongnya hanya ada uang US$35.

Lahir pada 16 Agustus 1958 di Bay City, Michigan, pemilik nama asli Madonna Louise Ciccone ini tumbuh di pinggiran kota industri mobil Amerika Serikat, Detroit. Bapaknya yang berdarah Italia bekerja sebagai teknisi Chrysler. Namun, Madonna telah menjadi piatu ketika usianya belum lagi genap enam tahun, karena ibunya meninggal dunia akibat kanker payudara. Di bawah dorongan ayahnya, Madonna kecil mulai belajar musik dan beberapa tahun kemudian ia meminta izin ayahnya untuk belajar balet. Pertunjukan baletnya yang pertama digelar di sebuah diskotek khusus kaum gay—yang di kemudian hari pertunjukan ini sangat memengaruhi musik dan gayanya. “Saya menyadari bahwa saya tidak memiliki batas. Batas selalu merupakan pengaruh dari luar, dari orang-orang yang tidak yakin dengan diri mereka dan kemampuan mereka sendiri. Saya begitu yakin dengan diri saya. Saya tahu bahwa saya bisa melakukan apa pun yang saya inginkan dan saya selalu akan meraih cita-cita saya,” ungkapnya.

Krisdayanti, Penyanyi
Perempuan kelahiran Batu, Malang, Jawa Timur pada 24 Maret 1975 ini memulai karirnya saat remaja, lewat pemilihan wajah sampul sebuah majalah. “Saya ingin mencari uang untuk membantu ibu saya,” demikian jawab Krisdayanti ketika seorang juri menanyakan alasannya ikut dalam ajang wajah sampul majalah itu. KD memang bukan berasal dari keluarga berada. Bahkan, ayah dan ibunya bercerai, sehingga ibunyalah yang berjuang membesarkan KD dan kakaknya, Yuni Shara. Pada tahun 1983, ketiga perempuan itu pindah ke sebuah rumah mungil di dalam gang becek di Jakarta, dari sebuah desa kecil di Jawa Timur. Mereka meyakini bahwa sebuah mimpi perlu diperjuangkan agar dapat diwujudkan dan setiap kesempatan harus dimanfaatkan dengan baik untuk mengubah nasib mereka. Dari ajang pemilihan wajah sampul majalah itu, sedikit demi sedikit nama KD mulai dikenal publik, meski ia bukan pemenangnya. Namanya semakin akrab di telinga masyarakat Indonesia setelah ia menjadi juara pertama Lomba Cipta Pesona Bintang dan juara utama Asia Bagus di Tokyo pada tahun 1992. Ia juga menyabet penghargaan artis muda berbakat dalam ajang Fidol Award Festival di Bucharest, Rumania. Sejak itu, bintang terang seakan terus menaungi dirinya dan publik menobatkan mantan istri Anang Hermansyah ini sebagai satu dari beberapa diva dalam jagat musik Indonesia.

Marilyn Monroe, Artis
Marilyn Monroe adalah ikon Hollywood yang terus bertahan sampai kini, meski masa jayanya dan kehidupannya di dunia ini telah berakhir puluhan tahun lampau. Bahkan, boleh dibilang, sepanjang abad ke-20 yang lalu, Marilyn Monroe adalah perempuan yang paling terkenal sejagat. Dia merupakan personifikasi dari kegemerlapan Hollywood dan energi yang memikat dunia. Meski cantik dan memiliki garis tubuh nan menggairahkan, perempuan yang lahir pada 1 Juni 1926 ini bukan sekadar dewi seks tahun 1950-an. Kehidupannya yang ringkih dan wajah inosen-nya, yang dikombinasikan dengan sensualitas bawaan, membuat sosoknya disukai banyak orang di seluruh dunia.

Namun, kesuksesannya lebih karena kegigihannya untuk memperbaiki nasibnya dan sikap positifnya dalam menjalani kehidupan, padahal ia berangkat dari masa kecil yang kurang menguntungkan. Ia lahir dari rahim Gladys Baker di Los Angeles, California, dengan ayah yang tak jelas. Awalnya, ia diberi nama Norma Jeane Mortenson, tapi kemudian diberi nama Norma Jeane Baker setelah dibaptis. Ibunya bekerja di dunia film, tapi kemudian mengalami gangguan mental, sehingga Marilyn Monroe kemudian tinggal di panti asuhan dan sempat diangkat anak oleh sebuah keluarga. Namun, ketika keluarga itu harus pindah kota, Marilyn dihadapkan kepada dua pilihan: kembali ke panti asuhan atau menikah, padahal usianya ketika itu 16 tahun. Maka, pada 19 Juni 1942, ia pun menikah dengan tetangganya yang baru berusia 21 tahun, Jimmy Dougherty. Karirnya sebagai foto model dan kemudian menjadi bintang film dimulai ketika ia harus bekerja di sebuah pabrik—karena suaminya bekerja di perusahaan pelayaran—dan dilihat oleh fotografer David Conover. Hanya dalam tempo dua tahun, karirnya sebagai model melesat. Tapi, ia belum puas karena ia ingin sekali menjadi bintang film. Marilyn pun mulai mempelajari kehidupan aktris legendaris Jean Harlow and Lana Turner serta ikut kursus akting. Dalam sebuah kesempatan wawancara, Marilyn Monroe mengatakan, “Saya tidak berkeberatan tinggal di sebuah dunia laki-laki selama saya bisa menjadi seorang perempuan di dalamnya.” Dan pada Agustus 1946, ia pun menandatangani kontrak pertamanya sebagai bintang film, beberapa bulan setelah perceraiannya dengan Jimmy Dougherty. Setelah itu, namanya semakin berkibar-kibar, meski hidupnya relatif tak lama di dunia yang fana ini. Pedje

Wednesday, September 8, 2010

Menghalau Lapar Mata

Masih sering terkecoh oleh mata sehingga tak kuat menahan diri untuk tak mengunyah brownies yang ditawarkan teman Anda, sehingga Anda berkali-kali gagal menurunkan berat badan? Mungkin, Anda perlu ikut kelas yoga untuk mengatasi masalah tersebut. “Latihan yoga secara reguler akan meningkatkan kesadaran, suatu cara yang lebih baik dan lebih efektif dalam upaya menurunkan berat badan daripada melakukan diet,” ujar Riana A. Singgih, instruktur yoga dari Yoga Light. Dengan latihan yoga, tambah Riana, Anda lebih bisa mengenali tubuh Anda sendiri, belajar memilih makanan untuk tubuh Anda, dapat merasakan bahwa perut Anda sudah penuh terisi, dan Anda juga dapat mendeteksi apakah Anda sebenarnya makan karena sedang cemas, berada di bawah tekanan, bukan karena rasa lapar yang sesungguhnya. Berikut ini langkah-langkah yang dianjurkan Riana A. Singgih jika ingin menghindari godaan “lapar mata”.

  1. Berlatih yoga. Latihan yoga dapat memperbaiki sirkulasi darah ke kelenjar endoktrin utama (seperti kelenjar tiroid dan pankreas), yang dapat membantu mengontrol nafsu makan Anda dan memperbaiki citra diri Anda juga—suatu cara yang dijamin dapat menghentikan kebiasaan ngemil Anda.
  2. Don’t skip meals. Pastikan Anda makan tiga kali sehari dengan baik: sarapan, makan siang, dan makan malam yang tak berat. Menurut ahli ayurveda, makan siang merupakan waktu makan yang penting karena ketika itulah unsur agni dalam tubuh Anda (api yang membakar makanan menjadi energi esensial) sedang dalam kondisi sangat kuat.
  3. Sikatlah gigi setiap habis makan untuk menjaga kesegaran mulut Anda.
  4. Ketika sedang berada dalam tekanan, lakukan meditasi lewat pernapasan Anda. Duduk tegak dalam posisi yang menurut Anda nyaman dan tariklah napas dalam-dalam sampai Anda merasa relaks.
  5. Minumlah air putih atau teh herbal hangat dengan sedikit madu daripada minum minuman ringan bersoda. Pedje

Tuesday, September 7, 2010

Simpati untuk para Janda

Andrei Aksana berbagi cerita tentang proses penulisan novel Janda-Janda Kosmopolitan yang fenomenal.


Nama Andrei Aksana mungkin baru terdengar beberapa tahun lalu, lewat novel-novelnya yang laris manis. Namun, bisa dibilang, meski usianya relatif muda, Andrei Aksana bukanlah anak kemarin sore dalam jagat kepenulisan karya fiksi di Indonesia. Ia telah menulis sejak masa kanak-kanak dan karyanya pernah dimuat di beberapa media massa. Novel pertamanya sendiri, yang berjudul Mengukir Mimpi, telah terbit sekitar 18 tahun lampau.

Dunia literasi memang mengakar kuat dalam keluarganya. Andrei adalah cucu sastrawan terkemuka Sanoesi Pane dan Armijn Pane. Sementara itu, ibunya adalah novelis terkemuka juga, Nina Pane, yang karyanya antara lain Serpihan Mutiara Retak dan Merah Hitam Cinta. Kakek buyut Andrei, Sultan Pangurabaan Pane, adalah seorang wartawan cum sastrawan, pendiri surat kabar Surya di Tapanuli yang sekaligus penulis roman Tolbok Haleon.

Namun, tentu saja, bukan semata-mata karena itu eve’s Book Club mengangkat novel Janda-Janda Kosmopolitan karya Andrei dalam perbincangan di Le Seminyak, restauran yang terletak di Lantai 5 Pacific Place, Jakarta, awal Juni lalu. Novel ke-12 Andrei ini secara tematis menyuguhkan keberpihakan terhadap kaum perempuan. Juga ada simpati yang mendalam terhadap kaum perempuan yang menempati posisi marginal, seperti pembantu rumah tangga. Dan, semua itu dituturkan dengan cara bercerita yang renyah sekaligus bernas. Tak mengherankan jika novel ini langsung mengalami cetak ulang sehari setelah cetakan pertamanya terbit. Fenomenal!

Konon, ketika dimuat terlebih dulu sebagai cerita bersambung di harian Kompas, sambutan masyarakat terhadap kisah fiksi yang ditulis Andrei ini memang luar biasa. Padahal, seperti penuturan Andrei di Le Seminyak, ketika penerbitnya menyodorkan Janda-Janda Kosmopolitan ke Kompas, Andrei baru menulisnya sekitar sepuluh persen. “Ceritanya, saya memberi sebagian naskah itu ke penerbit, walaupun baru jadi sekitar sepuluh persen. Ternyata, penerbit ingin segera menerbitkannya. Pihak penerbit bertanya, novel itu sudah jadi berapa persen. Saya pun bluffing aja. Saya bilang sudah jadi 50 persen,” ungkap Andrei.

Rupanya, kebohongan itu berbuntut panjang. Pihak penerbit mengirimkan naskah yang cuma sepuluh persen itu ke harian Kompas dan disetujui untuk dimuat keesokan harinya. “Saya pun harus berpacu dengan waktu, karena cerita bersambung itu kan dimuat dari Senin sampai Sabtu. Liburnya cuma hari Minggu. Parahnya lagi, jatah ruangnya diperbesar, tidak seperti cerita bersambung sebelumnya, sehingga stok naskah saya cepat habis. Tapi, karena sudah buat komitmen, saya menjalaninya, walau terpaksa mengurangi jam tidur dan tidak bisa menikmati akhir pekan,” tutur Andrei.

Mungkin karena prosesnya yang terburu-buru seperti itu, ada peserta eve’s Book Club sore itu yang memprotes soal ketidakcermatan Andrei dalam menggambarkan suatu situasi. Peserta yang sama juga mempertanyakan, apakah benar persepsi tentang janda di masyarakat Indonesia masih seperti yang digambarkan Andrei dalam novelnya. “Kebetulan saya punya teman yang ingin menikah dengan seorang janda. Begitu dia menginformasikan kepada orang tuanya, orang tuanya serta-merta menolak. Ternyata masih ada keluarga di Indonesia yang seperti itu, lo,” kata Andrei menjawab pertanyaan soal persepsi tentang janda itu.

Seperti judulnya, novel ini mengisahkan beberapa aspek kehidupan para janda, termasuk di dalamnya kisah cinta mereka, harapan mereka, dan cara pandang mereka terhadap kaum laki-laki. Yang menjadi pusat penceritaannya adalah tokoh Rossa, janda muda yang tadinya menikah dengan teman kuliahnya karena hamil terlebih dulu. Rossa berteman dekat dengan Inge dan Dilla, yang juga janda. Lalu, ada Nunung, pembantu Rossa, yang memilih bercerai karena tak rela dimadu.

“Saya senang banget membaca novel ini sejak awal. Terkesan sekali. Kisahnya hidup sekali. Tapi, pernahkah Mas Andrei terpikir untuk menulis seperti kakeknya, sesuatu yang tidak glamor? Lalu, apakah Mas Andrei melakukan survei untuk penokohan Nunung? Untuk keseluruhan novel, sebenarnya berapa lama Mas Andrei melakukan riset?” ujar seorang peserta yang lain lagi.

Menurut Andrei, dirinya sengaja menulis novel-novel yang relatif ringan dulu untuk mengumpulkan massa. “Kalau orang-orang sudah senang dengan tulisan-tulisan saya, dengan topik-topik yang saya buat, insya Allah kalau saya buat tulisan dengan topik yang nyeleneh atau yang lebih serius mudah-mudahan mereka juga ikut beli. Dengan demikian, pembaca karya saya ikut dewasa bersama saya,” ujar Andrei. Novel Janda-Janda Kosmopolitan sendiri, tambah Andrei, adalah ajang latihan dirinya untuk membuat novel dengan topik yang lebih berat. “Kan, sebenarnya, topik novel Janda-Janda Kosmopolitan ini agak nyeleneh,” katanya. Soal penokohan Nunung, Andrei mengaku mempelajarinya dari para perempuan tenaga kerja yang mengadu nasib di negeri orang. “Pemunculan tokoh Nunung ini sebagai upaya saya mencoba menabrakkan efek glamor dengan kehidupan pembantu rumah tangga. Saya juga sempat mendatangi daerah Gunung Kidul, Yogya, untuk melakukan riset kecil-kecilan bagaimana kehidupan mereka di kampung,” ujar Andrei.

Seorang peserta bernama Melli mengaku telah membaca tiga novel karya Andrei. “Dari ketiganya saya melihat ada kemiripan. Pertama, tokohnya selalu berasal dari orang kaya yang broken. Kedua, tokohnya bahagia, lalu sedih, dan terakhir bingung untuk memilih. Ketiga, pada akhir ceritanya, pembaca diajak untuk menentukan sendiri bagaimana penyelesaiannya. Yang saya tanyakan, mengapa penyelesaiannya dibuat menggantung seperti itu?” kata Melli. Andrei menjawab, penyelesaian novel-novelnya yang cenderung terbuka berawal dari peristiwa menonton film Message in A Bottle bersama ibunya. Ketika film yang diangkat berdasarkan novel karya Nicholas Spark itu berakhir, hampir semua penonton meneteskan air mata, tapi ibu Andrei malah tersenyum. “Saya heran dan bertanya mengapa beliau tersenyum. Katanya, justru karena pasangan dalam film itu tidak bersatu dalam perkawinan, cinta mereka menjadi abadi. Dari sana saya berpikir, ternyata ending itu punya dobel makna, tergantung pada pembaca melihatnya seperti apa. Saya ingin seperti itu. Saya ingin mengembalikan ending kepada pembaca,” tutur Andrei.

Semakin sore, perbincangan semakin seru. Sayangnya, waktunya dibatasi . Dan, seperti biasa, sebelum acara penandatanganan buku oleh penulis ada pembagian hadiah untuk penulis dan tiga penanya terbaik, yang kali ini berupa voucher belanja dari Southaven. Seluruh peserta, selain mendapat kudapan yang lezat dari Le Seminyak, juga mendapat voucher belanja dari Southaven dan Le Seminyak. Asyik! Pedje

Sunday, September 5, 2010

Hal-ihwal Cinta

Banyak peristiwa mengerikan diberitakan belakangan ini. Mungkin kita perlu belajar cinta kembali atau mengasah keterampilan cinta kita.


Ada yang bilang, cinta itu sama pentingnya dengan oksigen bagi jiwa dan raga kita. Cinta merupakan suatu keniscayaan. Semakin Anda berhubungan dengan cinta semakin sehatlah Anda. Begitu pula sebaliknya. Adalah juga benar, semakin sedikit cinta yang Anda miliki semakin besar kemungkinannya Anda akan mengalami depresi dalam menjalani kehidupan ini. Cinta mungkin merupakan antidepresan terbaik dari yang pernah ada. Karena, satu dari penyebab depresi paling sering adalah akibat perasaan tidak dicintai.

Umumnya penderita depresi tidak mencintai diri mereka sendiri dan mereka tidak merasa dicintai orang lain. Mereka juga sangat berfokus pada diri mereka sendiri, sehingga membuat diri mereka kurang menarik di mata orang lain dan menghilangkan kesempatan mereka untuk mempelajari keterampilan cinta.

Keterampilan cinta? Ya, untuk bisa mencintai atau dicintai juga butuh keterampilan. Karena, sebenarnya, ungkapan yang menyatakan bahwa cinta itu bisa datang seperti kupu-kupu—demikian pernah diungkapkan dalam sebuah lagu pada tahun 1980-an—sering sebagai mitos ketimbang sebagai bagian dari kenyataan keseharian. Karena itu, untuk mendapatkan cinta dan menjaganya, Anda harus berupaya dan aktif dan mempelajari suatu jenis keterampilan khusus. Mungkin cara-cara di bawah ini dapat Anda gunakan, sehingga Anda dapat kembali mencintai dan cintai, yang pada gilirannya akan membuat kemungkinan Anda terjangkiti depresi berkurang.

  1. Kenali perbedaan antara limerance dan cinta. Limerance adalah suatu kondisi psikologis dari ketergila-gilaan yang mendalam. Ini sebenarnya baik, tapi jarang bertahan lama. Limerance adalah tahapan awal dari mad attraction, yang membuat seluruh hormon mengalir dan banyak hal terasa tepat. Rata-rata, limerance bertahan hanya enam bulan. Dan, bisa menjelma menjadi cinta. Cinta awalnya muncul sebagai limerance, tapi limerance tidak selalu berkembang menjadi cinta.
  2. Pahamilah bahwa cinta adalah suatu keterampilan yang harus dipelajari, bukan sesuatu yang terutama datang dari hormon atau emosi tertentu. Psikolog terkemuka Erich Fromm menyebut ini sebagai "suatu aksi untuk berkehendak". Jika Anda tidak mempelajari keterampilan cinta, dijamin Anda akan depresi, bukan saja karena Anda tidak cukup berhubungan, tapi karena Anda akan memiliki banyak pengalaman kegagalan.
  3. Pelajari cara berkomunikasi yang baik. Ini artinya Anda perlu mengembangkan kepercayaan dan hubungan yang intensif
  4. .Fokus pada orang lain. Daripada fokus pada apa yang sedang Anda capai dan bagaimana Anda diperlakukan, lebih baik baca kebutuhan pasangan Anda.
  5. Bantu juga orang lain. Sebaiknya pikirkan dulu lebih dalam sebelum melakukan penolakan terhadap sesuatu. Karena, sesal kemudian sering kali tidak berguna lagi. Pedje

Dua Puisi Lama Pedje, 9

Puisi Pagi

Hari ini ada orang terang-terangan mengaku Tuhan
Hampir mirip Al Hallaj dan Syekh Siti Jenar berabad silam

Tak perlu risau, Kawan
Tuhan memang ada dalam diri bersemayam

Siapa kiranya yang menggerakkan miliaran sel dalam tubuh ini sehingga aku bisa memencet tuts-tuts huruf pada kibor komputer dan engkau bisa membaca hasilnya di layar monitor komputermu entah di mana?

Yang barangkali perlu kita risaukan adalah sebuah berita yang lain lagi
datang dari sebuah perguruan tinggi ternama di negeri ini
: sekumpulan orang yang dengan sadar mengaku bukan Tuhan, tapi sebagai hamba-hamba kebudayaan, dengan cekatan bertindak bak Dia yang Mahaperkasa, melarang para cantriknya untuk mengolah pikir dan rasa bersama di luar kelas, di bagian tanpa tanda dalam peta mereka agar tak kualat, agar bisa memenuhi harapan orang tua katanya
agar bisa mendapat angka-angka keramat dengan cepat—”Setelah itu bukan urusan kami bila kalian gagap mengeja zaman, kikuk menghadapi hidup yang hiruk-pikuk.”

Tidakkah kau risau, Kawan?



Siapa

Siapa yang tiba-tiba cemburu melihat kita mengisap luka dan menebar begitu banyak benih cinta di atasnya? Siapa yang kemudian tersenyum malu mengintip kita menari-nari dan menyanyi ketika hujan berkerumun bertepuk tangan seolah anak-anak yang diberi kembang gula? Siapa pula yang berbisik ingin ikut sambil meniupkan aroma purba yang dibawa Adam dan Hawa ketika terpaksa turun dari surga?

Thursday, September 2, 2010

Hindari si Penebar Racun

Inilah lima tipe orang yang bisa "meracuni" hidup Anda.


Keracunan bukan hanya bisa disebabkan oleh makanan atau zat-zat lain yang masuk ke tubuh atau terpapar di kulit. Bergaul dengan tipe-tipe orang tertentu juga bisa menyebabkan seseorang mengalami keracunan, seperti diungkap oleh Lilian Glass dalam bukunya, Toxic People: 10 Ways of Dealing with People who Make Your Life Miserable. Tingkat keracunannya mulai dari emosi yang mati rasa, kurang berenergi, merasa tidak berharga, sakit kepala, sampai mengalami ketegangan otot. Berikut lima tipe orang yang bisa menyebabkan keracunan, menurut Lilian Glass.

  1. Si tukang perintah sekaligus penggertak yang mengganggu. Orang seperti ini cenderung melihat orang lain sebagai musuh. Ia juga pemarah sekaligus orang yang argumentatif karena seolah dia mengetahui semua hal. Orang tipe ini suka memerintah kepada setiap orang yang ada di sekelilingnya dan sulit memaafkan atau melupakan kesalahan yang sepele sekalipun. Dia memiliki kebutuhan untuk menguasai orang lain dan cenderung kejam. Orang jenis ini bisa menyebabkan keracunan pada orang lain karena membuat orang lain stres, takut, dan tidak pernah mau menerima atau memberi respek kepada orang lain.
  2. Si pemurung dan pengeluh. Orang tipe ini kerap sedih, berpikir negatif, keras kepala, paranoid, skeptis, dan tentu saja pemurung. Dia terus-menerus dilanda kecemasan dan senantiasa mengeluh mengenai ketidakadilan dalam kehidupan ini. Orang jenis ini dapat menyebabkan keracunan karena menyebar atmosfer kemurungan dan cara pandang serta sikap hidup yang negatif kepada siapa saja yang ia temui.
  3. Si usil. Orang tipe ini suka menyerang, berani, mudah menghakimi, memuji diri sendiri, senang bergosip, mau tahu urusan orang, dan kasar. Orang jenis ini bukan hanya sulit untuk dihadapi, tapi juga suka membuat hidup orang lain susah. Kehidupannya sendiri cenderung tidak menyenangkan sehingga dia kemudian membuat rusuh kehidupan orang lain. Si usil benar-benar "beracun" karena dapat menyebabkan orang lain mendapatkan masalah keuangan, profesional, dan juga pribadi.
  4. Si recehan. Orang tipe ini suka mementingkan diri sendiri, kaku, bersikap murahan, senang dengan yang remeh-temeh, kerap gelisah, dan neurotik. Dia juga kerap omong besar dan menginginkan hal-hal yang besar namun dalam praktiknya lebih banyak fokus pada sisi kehidupan yang picisan. Dia bisa menggadaikan cinta dan perasaannya hanya demi uang. Orang tipe ini bisa membuat orang lain keracunan karena kerap mengambil keuntungan dari orang-orang di sekelilingnya, baik keuntungan materi maupun yang lainnya.
  5. Si narsis. "Me, myself, and I" adalah fokus dari si narsis. Dia senantiasa mementingkan diri sendiri, sikap ke-aku-annya sangat tinggi, cara bepikirnya dangkal, arogan, tidak bijaksana, dan canggung dalam bersosialisasi. Si narsis senang sekali melihat dan mendengarkan dirinya sendiri. Dia mengatakan "saya, punya saya, diri saya" lebih banyak daripada kata-kata yang lain dan kerap bermonolog-ria walaupun sebenarnya sedang berbicara dengan orang lain. Orang ini bisa menyebabkan orang lain keracunan karena tidak memberi kesempatan bagi orang lain untuk berpartisipasi dalam suatu diskusi, obrolan, atau dalam suatu hubungan yang sehat. Si narsis adalah satu dari berbagai tipe orang yang membosankan dan sulit diajak bekerja sama, karena dia hanya peduli dengan dirinya sendiri. Pedje

Wednesday, September 1, 2010

Kisah Cinta dan Lain-Lain

Sebagai bagian dari rangkaian acara Jakarta Anniversary Festival, EKI Dance Company mementaskan pertunjukan komedi musikal. Renyah.


Pertunjukan dibuka dengan sajian film di tirai penutup panggung, berisi dokumentasi berbagai aspek kehidupan di Kota Jakarta. Biasa memang. Yang mungkin agak membuat penasaran adalah tirainya dari bahan transparan. Adakah adegan pembuka ini akan dibuat sedahsyat pertunjukan Opera Diponegoro karya Sardono W. Kusumo, yang dipentaskan beberapa bulan sebelumnya—yang dalam versi agak berbeda pernah juga dipentaskan belasan tahun silam?

Mungkin meniru menjadi hal tabu bagi seorang seniman. Tapi, meniru adegan pembuka seperti karya Sardono itu, dengan kualitas sama atau setidaknya hampir sama, tampaknya bisa dimaklumi. Karena, adegan pembuka semacam itu bukanlah perkara mudah dalam pembuatannya, walaupun yang dipakai Sardono bukanlah media film, melainkan lukisan (dua dimensi). Ia menggunakan reproduksi lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro (Capture of Pangeran Diponegoro) karya pelukis besar Indonesia, Raden Saleh Syarif Bustaman. Reproduksi lukisan yang dipakai Sardono itu berukuran 14 x 7 meter. Dan, ketika lampu utama meredup, tanpa disadari penonton, "lukisan" itu menjadi hidup, lalu bergulirlah adegan demi adegan.

Namun, rupanya, adegan pembuka pertunjukan komedi musikal Jakarta Love Riot tidak seperti itu. Adegan pembuka pertunjukan yang digelar di Gedung Kesenian Jakarta pada awal Juli lalu tersebut sekadar menjadi "papan informasi" bahwa "inilah Jakarta". Tirai itu pun kemudian tidak seolah-olah menghilang, tapi terangkat perlahan untuk kemudian panggung menyajikan adegan selanjutnya: sekelompok anak muda menari dan bernyanyi, dengan latar pusat perbelanjaan, lengkap dengan replika eskalator dan papan-papan reklame. Tak ada sesuatu yang menyentak dan mengondisikan mental para penonton untuk memasuki pengembaraan batin, sebagai upaya mendapatkan "pembersihan jiwa" (katarsis). Dan, hal itu memang rasanya tak perlu, kalau dilihat dari isi lakonnya yang digarap dengan alur bersahaja dan dipenuhi dagelan, dengan komposisi dan gerak tari yang tidak menyajikan kerumitan memukau (sophisticated). Sederhana saja.

Tapi, barangkali, justru itulah yang menjadi salah kekuatan pertunjukan musikal kesepuluh EKI Dance Company tersebut, yang kali ini disutradarai oleh Rusdy Rukmarata bersama Nanang Hape—yang selama ini dikenal sebagai dalang wayang kulit. Pertunjukan ini benar-benar dapat menghibur penontonnya. Buktinya, para penonton dibuat ger-geran di hampir semua adegan, terutama ketika Arie Dagienkz yang memerankan tokoh Josh muncul. Konflik yang mengambil persoalan cinta berbalut pertentangan kelas pun menjadi tidak terasa berat. Cerita mengalir dengan mulus adegan demi adegan.

Kisahnya sendiri tentang sepasang remaja dari lapisan sosial berbeda yang menjalin hubungan asmara, Nala (Felicia Citraningtyas) dan Toto (Ari Prajanegara). Sudah dapat ditebak, orang tua dari remaja lapisan atas, orang tua Nala (yang diperankan dengan bagus oleh Sarah Sechan dan Yayu A.W. Unru) tidak menyetujui hubungan itu. Ibu Toto yang penjual soto kaki lima (diperankan oleh Ira Duaty) ternyata juga tidak menyetujui anak lelakinya menjalin kasih dengan Nala. Alasan yang dikemukakan: sudah ada Tatik (Takako Leen), asisten ibu Toto dalam mengelola warung sotonya, yang terlebih dulu mencintai Toto dan telah akrab dengan Toto sejak kecil.

Konflik semakin dipertajam dengan sikap kelompok bermain Nala (Gank Rempong) dan Toto (Gank Soto)—yang hampir rata-rata berwajah lebih tua daripada remaja umumnya dalam realitas keseharian—yang juga tidak menyetujui hubungan itu. Benturan fisik di antara kedua gank itu pun tak terhindarkan. Namun, akhirnya lakon ini pun ditutup dengan kisah bahagia: Nala dan Toto tetap bersama.

Soal Gank Rempong dan Gank Soto itu, seperti halnya Nala dan Toto, sebenarnya mereka adalah dua kelompok remaja dengan status sosial yang berbeda. Gank Rempong berasal dari golongan atas dan Gank Soto dari kalangan menengah bawah. Namun, seperti halnya dalam dunia nyata di Jakarta dan banyak kota besar lainnya di Indonesia, mereka secara kasat mata sama saja. Tingkah polah mereka hampir sama, termasuk dalam penggunaan bahasa, gerak tubuh, dan sebagian pada cara berpakaian mereka. Nyaris seragam. Dan, itu terekam dengan baik dalam pertunjukan ini. Yang juga membuat pertunjukan ini enak diikuti adalah penggarapan musik yang dilakukan oleh Oni Krisnerwinto lumayan apik. Bahkan, boleh dibilang, musiklah yang benar-benar menghidupkan pertunjukan ini, sesuai dengan tujuannya sebagai lakon komedi musikal. Pilihan jenis musik yang dilakukan Oni juga terasa pas dengan atmosfer yang ingin dibangun di banyak adegan. Juga mampu menutupi kekurangan beberapa pemain ketika harus bernyanyi, sehingga tetap enak diterima telinga.

Bagi yang mengikuti berbagai pertunjukan yang dibuat EKI Dance Company sebelumnya mungkin akan merasa bahwa Jakarta Love Riot agak berbeda. Lebih "renyah". “Kami memang sengaja membuat pertunjukan ini menjadi lebih ringan, untuk menarik generasi baru penonton pertunjukan EKI Dance Company, terutama dari kalangan remaja,” ungkap Rusdy Rukmarata, yang jebolah Jurusan Sastra Indonesia Universitas Indonesia, seusai pertunjukan di hari kedua.

Tampaknya, kalau dilihat dari pertunjukan ini, Rusdy dan EKI Dance Company-nya akan mampu mencapai tujuan tersebut. Semoga saja kemudian banyak penonton EKI Dance Company yang antusias juga menonton pertunjukan Teater Kubur, Teater Mandiri, Teater Garasi, Teater Tetas, dan kelompok teater-teater lain yang memiliki bentuk pertunjukan yang berbeda sama sekali dengan pilihan EKI Dance Company. Dengan demkian, dunia teater Indonesia kembali ramai, bukan hanya penontonnya, tapi juga pekerja kreatifnya, yang bahkan sebagian telah cukup dihormati di dunia internasional, seperti Rendra, Putu Wijaya, dan Dindon W.S. Ya, itulah harapannya. Pedje

Rahasia Perempuan Perkasa: Drama Pendek Karya Pedje

Rahasia Perempuan Perkasa
Drama Singkat Saja Karya Pedje
(Ide Cerita: Yadi Kasuh)


Di panggung tampak tiga orang perempuan. Yang satu hanya memakai kemben dari kain lusuh, dengan punggung terbuka, sedang berada di sumur. Perempuan kedua memakai daster lusuh tanpa lengan, sedang memasak. Perempuan ketiga memakai kaos panjang di atas lutut yang sudah lusuh pula, sedang membersihkan kasur.

Perempuan 1
Hidup perempuan katanya hanya perlu berkutat di antara kasur, dapur, dan sumur. Terlalu! Benar-benar pelecehan.

Perempuan 2
Justru kita harus bangga. Apa jadinya negeri ini tanpa kasur, dapur, dan sumur? Tanpa kasur, para lelaki enggak bakal bisa tidur nyenyak. Bisa uring-uringan mereka setiap hari. Pekerjaan yang mereka tangani juga bakalan enggak beres.

Perempuan 3
Ujung-ujungnya, negeri ini bisa bangkrut. Begitu juga kalau kita, para perempuan, enggak mau lagi mengurus dapur. Bakal kekurangan gizi anak-anak kita dan para lelaki itu. Kalau sudah begitu, hancur dah masa depan negeri ini.

Perempuan 1
Lah, kalau sumur?

Perempuan 3
Kalau kita, para perempuan, enggak mau lagi mengurus sumur? Bisa mencret dan kudisan nih semua orang di seluruh negeri! Juga bau dan kumel. Paham?

Perempuan 2
Pendek kata, justru karena perempuan masih mau mengurus kasur, dapur, dan sumurlah keberlangsungan peradaban manusia masih berjalan sampai sekarang.

Perempuan 1
Kan, bisa dibalik, para lelaki saja yang mengurus kasur, dapur, dan sumur?

Perempuan 2
Halah, mana mampu mereka? Boro-boro mengurus kasur, dapur, dan sumur sekaligus, bertempur di atas kasur saja selalu KO sama kita. Enggak sampai tiga menit sudah lemes!

Perempuan 3
Para lelaki itu, lagaknya saja yang gede, merasa paling hebat, merasa paling bisa mengatur dunia. Padahal, kalau kita boikot mereka di kasur saja, linglung mereka. Cuma bikin untung pabrik sabun!

Perempuan 1
Memangnya….

Perempuan 2
Memangnya apa? Perempuan seperti kita itu perkasa! Kita sanggup menahan beban penderitaan hidup seisi dunia. Kita sanggup menahan rasa sakit yang tak akan pernah sanggup dijalani para lelaki.

Perempuan 1
Kok, bisa?

Perempuan 2
Kok, bisa? Ya, bisa dong. Coba suruh suami kita merasakan sakit seperti rasa sakit kita waktu melahirkan, bisa terkaing-kaing mereka, kojor. Baru sakit gigi saja mereka sudah kelojotan.

Perempuan 1
Tapi, kenapa kita selama ini selalu jadi korban?

Perempuan 2 & 3
Kita?

Perempuan 2
Lu aja kali….

Perempuan 3
Jangan pernah mau dong dijadiin korban!

Perempuan 2
(Bernyanyi)
Perempuan adalah makhluk yang perkasa
karena di tangan perempuanlah peradaban berkembang atau tergelincir ke dalam jurang

Perempuan 3
(Bernyanyi)
Perempuan dianggap sebagai bunga
padahal perempuan harus menjadi lebah bila ingin hidup mulia
mampu melawan bila ada yang ingin menjadikannya korban
bersahabat dengan sinar matahari
dan mampu membentengi diri dari kotornya udara dan hiruk-pikuk kemilau dunia

Perempuan 2
(Bernyanyi)
Perempuan adalah bumi yang mampu bersabar menghadapi rasa sakit dan beban berlebihan yang menyayangi anak-anaknya dengan memberikan kehijauan dan keteduhan pepohonan
air yang jernih dari surgawi dan tiupan angin yang seperti belaian

Perempuan 1, 2, dan 3
(Bernyanyi)
Perempuan adalah agen perubahan sejak dunia mulai diciptakan
Perempuan adalah kehidupan….

Lampu Mati