Thursday, June 10, 2010

Dua Puisi Lama Pedje, 6

Catatan Cinta, 3

Sekarang lihatlah jejak napas kuda yang kita hela, menggores warna biru dalam di padang padat ini; tapi, sungguh, sesegera tinggal garis-garis tegas, meliuk melambai dari kejauhan. Mempesona, memang, dan menggoda, di bawah cahaya senja yang memancar dari sela-sela cakrawala. Tapi, kita tak boleh terperdaya, Sayang. Tak
boleh. Karena, sebentar nanti malam tiba, menyerang kita dengan gelap; sedang kita tak punya senjata apa-apa, hanya sekeping cinta yang mulai kusam dan tumpul tergesek keringat yang tak henti menyembur.



Catatan Cinta, 4


Kita hela kuda di padang-padang entah batasnya, tanpa tentu arah dan tuju pula, di bawah langit silau cahaya. Kudaku-kudamu hilang tenaga ditusuk matahari yang khianat. Mataku-matamu hilang semangat mencari jejak cakrawala.

Jangan lagi bertanya, adakah keajaiban masih tersisa dalam kantung cinta kita, karena keajaiban adalah kantung cinta itu sendiri sekiranya masih ada.

No comments:

Post a Comment