Sunday, October 10, 2010

Maafkanlah, Maka Anda Akan sehat

Memaafkan ternyata memiliki efek yang mengagumkan bagi kesehatan jiwa dan raga kita.


Sepanjang sejarah manusia, para orang bijak telah mengajarkan bahwa memberi maaf adalah kebutuhan kita. Cobalah kita cermati lagi ajaran Yesus, Muhammad, Buddha, Lao Tzu, Mahatma Gandhi, Bunda Teresa, Martin Luther King, Jr., atau orang-orang bijak masa kini. Bahkan, banyak ilmuwan yang menyetujui pendapat tersebut. Mereka meyakini bahwa memberikan maaf merupakan solusi kunci bagi banyak penyakit sosial dan penyakit fisik.

Memang, "memaafkan" adalah sebuah kata yang besar. Setiap orang yang pernah merasakan rasa sakit akibat perlakuan brutal pastilah memahami bahwa memaafkan sangat-sangat mudah dikatakan daripada dilakukan. Karena itu, kita bisa memahami kalau ada korban pemerkosaan yang tak bisa memaafkan si pemerkosanya.

Namun, seperti kata Mahatma Gandhi, hanya orang yang memiliki kekuatan jiwa yang besar dapat memaafkan kesalahan orang lain “Orang lemah tidak pernah bisa memaafkan. Memberikan maaf hanya bisa dilakukan oleh orang yang kuat,” ungkap Gandhi. Nah, Anda masuk dalam kategori yang mana? Dalam bahasa Yunani, kata untuk memaafkan adalah aphesis, yang berarti juga ‘membiarkan pergi’. Dari sini mungkin kita bisa memahami lebih dalam lagi bahwa perbuatan memaafkan adalah suatu proses dan juga bermakna ‘melepaskan’. Masalahnya, siapa yang melepaskan dan siapa pula yang dilepaskan?

Ada sebuah kisah seorang bijak dengan seorang muridnya. Suatu hari, sang bijak berkata kepada muridnya, “Pikirkanlah semua orang yang pernah menyakiti kamu, khususnya yang kesalahannya tidak bisa kamu maafkan. Goreskan nama mereka masing-masing di sebuah kentang dan masukkan semua kentang itu ke dalam karung.” Sang murid pun mengikuti perintah gurunya, sehingga karung menjadi berat. Namun, sang bijak menyuruh murid itu untuk membawa karung berisi kentang-kentang tersebut di punggungnya selama seminggu, sehingga sang murid lama-kelamaan semakin terbebani hidupnya.

Setelah seminggu, sang bijak pun bertanya kepada muridnya, pelajaran apa yang bisa diambil dari apa yang ia lakukan selama seminggu tersebut. “Ketika kita tak dapat memaafkan orang lain, kita sesungguhnya membawa perasaan negatif dalam diri kita ke mana pun kita pergi, seperti saya membawa kentang-kentang itu. Yang negatif itu menjadi beban kita dan, tak berapa lama kemudian, menjadi busuk,” ujar si murid.

Nah, kita pun akan menjadi orang-orang yang terbebani oleh energi marah dan rasa benci jika kita memilih untuk tidak memaafkan kesalahan orang lain. Namun, ketika memilih untuk memaafkan orang lain, kita sebenarnya sedang melepaskan emosi negatif yang membebani diri kita dan membiarkan kekuatan penyembuhan dari kesediaan untuk memaafkan bekerja dengan ajaib. Karena kita memaafkan dan membiarkan emosi negatif itu pergi, kita sebenarnya sedang dikeluarkan dan disembuhkan.

Bukan hanya penyakit psikis yang bisa disembuhkan oleh tindakan memaafkan, tapi juga penyakit fisik. Banyak studi dan riset yang memperlihatkan bahwa orang yang sedikit sekali memaafkan kesalahan orang lain rentan terkena masalah kardiovaskular dan penyakit yang berhubungan dengan stres. Dalam salah satu edisinya, Mayo Clinic Journal melaporkan bahwa orang yang tidak dapat memaafkan kesalahan orang lain mengalami peningkatan tekanan darah dan detak jantung. Pendek kata, menurut laporan itu, memaafkan ternyata memiliki “efek memadamkan, mengagumkan”, yang dapat membantu meredakan rasa sakit, meringankan depresi, dan meningkatkan fungsi kardiovaskular. Jadi, tunggu apa lagi? Maafkanlah orang yang telah berbuat salah kepada Anda. (Pedje)

1 comment:

  1. terima kasih, telah memuat tulisan yang menenangkan hati seperti ini. tolong perbanyak tulisan tentang terapi jiwa seperti ini, gbu Pedje

    ReplyDelete