Friday, January 15, 2010

Karyanya Dicari para Kolektor

Komedi putar atau karosel itu berputar diiringi lagu dangdut yang terdengar cempreng dari pengeras suara. Anak-anak belum terlalu ramai, mungkin karena udara sore itu di Gambir, Jakarta Pusat, masih panas menyengat. Tapi, itu bukan bagian dari Pasar Malam Gambir di zaman penjajahan Belanda. Komedi putar tersebut sengaja dihadirkan unutk mendukung atmosfer dunia anak-anak yang diusung pameran lukisan bertajuk "Reka-Reka Erica". Tempatnya pun di pelataran paling depan Galeri Nasional Indonesia, tempat pameran tersebut berlangsung dari 6 April sampai 19 April 2001.

Sang pelukis sendiri, Erica, bukanlah anak-anak lagi. Ia adalah ibu dari satu anak yang lahir 30 tahun silam. Tapi memang, lukisan-lukisannya semua berciri lukisan anak-anak, yang naif, tanpa perspektif, dengan bentuk-bentuk dipiuhkan dan warna-warna terang. Itulah sebabnya, di awal-awal lukisannya dipamerkan, tak sedikit kritikus yang enggan menggolongkan Erica sebagai seniman. Karena, kata mereka, Erica tak mampu melukis dengan gaya realisme atau naturalisme, yang menuntut ketepatan yang tinggi terhadap obyek yang dilukis. Maksudnya, kalau melukis gajah, ya, harus persis seperti gajah. Erica tak menampik dibilang seperti itu. "Saya memang kurang piawai melukis dengan gaya realisme," ujar pelukis yang bernama asli Ery Hestu Wahyuni ini.

Toh, berkat kesungguhan mengembangkan gayanya sendiri, nama Erica sebagai pelukis kini tak bisa diabaikan. Bahkan, ketika ia berpameran tunggal pertama kali, semua lukisannya ludes terjual. Begitupun pada pameran tunggalnya yang kedua. Di pameran tunggalnya yang ketiga di Gambir itu, pada hari keempat, sepuluh dari 18 lukisan miliknya sudah terjual. Padahal, harga lukisannya relatif tidak murah. "Harganya mulai Rp15 juta samapi Rp120 juta," katanya. Pada pameran tersebut memang tak cuma lukisan baru yang ia pamerkan, tapi juga lukisan-lukisan lamanya yang sudah dikoleksi orang lain.

Sebagian besar kolektor lukisan terkemuka negeri ini bisa dipastikan memiliki lukisan Erica. Agaknya yang menggemari lukisannya bukan cuma kolektor dan penggemar seni, tapi juga anak-anak sekolah yang diajak gurunya mengunjungi pameran di Gambir tersebut. Seorang pelajar sebuah sekolah menengah umum di Jakarta menulis dalam buku kunjungan pameran begini: "Lukisan Mbak Erica oke banget, funky."

Nama Erica juga tak hanya berkibar di negeri sendiri. Ia pernah diundang untuk ikut pameran di Singapura, Filipina, Amerika Serikat, dan Jepang. Oktober tahun lalu, bersama beberapa pelukis Indonesia lain, ia berpameran di Moskwa, Rusia. Rupanya, di Rusia, ia tak cuma berpameran, tapi juga tetap melukis. Karena itu, tak mengherankan jika ia sepulang dari sana langsung berpameran tunggal kedua di Galeri Nadi, Jakarta. Karya-karya yang ditampilkan pada pameran itu adalah yang ia buat di atas kertas dan berharga rata-rata Rp4,5juta. Pedje (2001)

2 comments:

  1. bagus ceritanya, sayang bgt buat dibuang...

    ReplyDelete
  2. Artikel menarik... ..Berbagi wawancara dengan Vincent van Gogh (imajiner) artikel di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2017/11/wawancara-dengan-vincent.html

    ReplyDelete