Uang memang penting, tapi bukan yang paling penting. Malah, ketika uang dianggap sebagai "dewa" dan menjadi dominan dalam fokus perhatian kehidupan seorang perempuan, menurut sebuah riset, perempuan itu akan sulit mendapatkan kebahagiaan. Demikianlah yang terungkap dari penelitian yang dilakukan psikolog Talya Miron-Shatz dari Woodrow Wilson School of Public and International Affairs,
Dalam riset yang dilakukan Talya Miron-Shatz itu terungkap, perempuan dalam berbagai level pendapatan mengalami penurunan tingkat kepuasan hidupnya masing-masing ketika mereka fokus pada uang. Baik kaya maupun miskin, tinggal di rumah mewah atau di rumah kontrakan, perempuan yang semata-mata memandang segala sesuatu dengan pertimbangan uang akan cenderung tidak bahagia dan kerap mengalami kegelisahan dalam hidupnya. Sebaliknya, perempuan yang tidak tergoda oleh urusan keuangan, menurut studi Miron-Shatz, sangat berbahagia. Jadi, urusan memikirkan kestabilan finansial memang hal yang krusial dalam hubungannya dengan kepuasaan hidup dan kebahagiaan seseorang—berapa pun banyaknya uang yang Anda miliki.
Mengapa bisa begitu?
Uang menciptakan ketidakbahagiaan dan kegelisahan karena uang tidak berhubungan dengan memori dan pengalaman positif. Uang tidak menawarkan ganjaran yang dapat bertahan lama dan hubungan yang dalam. Dalam berbagai riset yang lain bartahun-tahun lampau bahkan terungkap bahwa cara yang paling efektuf untuk meningkatkan kepuasaan hidup adalah dengan cara menjalin hubungan dengan orang lain. Uang tidak dapat membeli kebahagiaan, walaupun dapat meningkatkan perasaan aman.
Untuk dapat berbahagia dan berkurangnya kecemasan dalam hidup, saran Miron-Shatz, cobalah temukan suatu keseimbangan hidup yang sehat. Jangan hanya fokus pada perencanaan keuangan atau urusan keuangan pada umumnya. Pedje
No comments:
Post a Comment