Sunday, September 5, 2010

Dua Puisi Lama Pedje, 9

Puisi Pagi

Hari ini ada orang terang-terangan mengaku Tuhan
Hampir mirip Al Hallaj dan Syekh Siti Jenar berabad silam

Tak perlu risau, Kawan
Tuhan memang ada dalam diri bersemayam

Siapa kiranya yang menggerakkan miliaran sel dalam tubuh ini sehingga aku bisa memencet tuts-tuts huruf pada kibor komputer dan engkau bisa membaca hasilnya di layar monitor komputermu entah di mana?

Yang barangkali perlu kita risaukan adalah sebuah berita yang lain lagi
datang dari sebuah perguruan tinggi ternama di negeri ini
: sekumpulan orang yang dengan sadar mengaku bukan Tuhan, tapi sebagai hamba-hamba kebudayaan, dengan cekatan bertindak bak Dia yang Mahaperkasa, melarang para cantriknya untuk mengolah pikir dan rasa bersama di luar kelas, di bagian tanpa tanda dalam peta mereka agar tak kualat, agar bisa memenuhi harapan orang tua katanya
agar bisa mendapat angka-angka keramat dengan cepat—”Setelah itu bukan urusan kami bila kalian gagap mengeja zaman, kikuk menghadapi hidup yang hiruk-pikuk.”

Tidakkah kau risau, Kawan?



Siapa

Siapa yang tiba-tiba cemburu melihat kita mengisap luka dan menebar begitu banyak benih cinta di atasnya? Siapa yang kemudian tersenyum malu mengintip kita menari-nari dan menyanyi ketika hujan berkerumun bertepuk tangan seolah anak-anak yang diberi kembang gula? Siapa pula yang berbisik ingin ikut sambil meniupkan aroma purba yang dibawa Adam dan Hawa ketika terpaksa turun dari surga?

No comments:

Post a Comment