Thursday, September 24, 2009

Keputusan Terbaik Tamara Bleszynski

Ia berusaha untuk tetap kuat dalam menghadapi berbagai cobaan yang mengharu biru hidupnya. Dan, ia mengaku kecewa dengan pihak-pihak yang main hakim sendiri dalam persoalan yang sedang ia hadapi belakangan ini.


Musim kemarau sudah sangat terasa di Jakarta pada medio Juli 2006 lalu. Langit sangat cerah, udara penuh debu, dan matahari memancarkan cahaya yang begitu panasnya, apalagi pada tengah hari ketika kami melakukan pemotretan Tamara Bleszynski untuk cover eve edisi Agustus 2006. Tambahan pula, pemotretan dilakukan di atap kantor baru eve (yang juga kantor “kakak” eve: Majalah F1 dan Majalah Motor Trend). Maka, semakin sempurnalah penderitaan itu….

Toh, bagi Tamara, rasa panas tersebut tampaknya tidak menghalangi dirinya untuk bersikap profesional—padahal ia mengaku sedang kurang sehat dan baru mendapat kabar bahwa ibunya sedang sakit. Sesekali muncul senyum dari bibir indahnya dan ia kadang melongok hasil pemotretan di layar notebook milik Anton Ismael, sang fotografer. Tak mengherankan jika pemotretan itu berlangsung relatif cepat, hanya sekitar setengah jam—itulah sebabnya sesi pemotretan ini ditutup dengan tepuk tangan meriah dari semua orang yang terlibat. Kendati begitu, siapa pun yang jeli pada hari itu akan melihat ada kabut muram tipis yang menyelimuti wajah Tamara. Dan, kabut tersebut semakin kentara ketika Purwadi Djunaedi menanyakan perkembangan kasus perceraiannya dengan Teuku Rafly Pasha dan gunjang-ganjing pemberitaan soal anak mereka, Teuku Rassya Islamy Pasha. Berikut beberapa petikan dari bincang-bincang dengan artis kelahiran 25 Desember 1974 yang bernama lengkap Tamara Natalia Christina Mayawati Bleszynski ini.


Soal Perceraian Itu
“Saya dan Rafly sudah tak bisa dipersatukan lagi. Tak bisa. Sudah ada dua keputusan pengadilan untuk itu, pengadilan agama dan pengadilan tinggi agama. Kalau dia mau mengajukan kasasi, itu haknya. Saya mengalir saja.”

Memperjuangkan Rasya
“Saya tak merasa kesulitan mengasuh Rasya seorang diri. Justru yang sulit sekarang ini adalah proses perjuangan mendapatkan ketetapan hukum bagi Rasya, supaya anak ini tidak tereksploitasi. Itulah yang saya perjuangkan lewat badan peradilan, agar keputusannya jelas. Menurut saya, Rasya sudah tereksploitasi. Ia sering diwawancarai, dikejar wartawan, didatangi sekolahnya. Itu kan tidak boleh. Ada undang-undangnya, anak itu harus dilindungi. Itulah sebabnya saya pindahkan sekolahnya. Ini pun dimasalahkan lagi, masuk ke infotainment dan sebagainya. Sekolahnya disorot-sorot. Ini kan tidak masuk akal. Pihak sekolah yang menjaga murid-muridnya dan melarang kru infotaiment masuk malah dijelek-jelekkan.

“Saya juga kecewa dengan pihak-pihak yang main hakim sendiri dalam persoalan ini. Kan sudah ada lembaganya, lembaga peradilan. Ini anak kan masih dalam proses hukum, menunggu status kedua orangtuanya. Tolonglah jangan main hakim sendiri, sehingga akan memberikan informasi yang salah kepada masyarakat, misalnya soal saya akan terjerat pasal sekian-sekian, dan sampai menggelar konferensi pers segala. Ini namanya melakukan pembunuhan karakter ibu dari sang anak.

“Kalau bapaknya ingin bertemu, silakan. Tapi, saya berharap, bila ingin bertemu, ya, bapaknya datang sendiri. Kan, ini masalah yang sebegitu gampang. Tapi, kok, dibikin rumit? Saya enggak habis pikir sampai Komnas Anak ikut campur.

“Menurut saya, yang terjadi dalam kasus saya sekarang ini adalah pelecehan terhadap kaum perempuan. Mereka pikir kaum perempuan itu lemah, jadi harus ikut keputusan laki-laki. Tidak bisa. Negara ini negara hukum, jadi prosesnya harus lewat hukum. Ini kan istilahnya telah terjadi pengeroyokan terhadap seorang perempuan. Tapi, saya mengalir saja. Saya harus kuat, saya harus tetap berjuang agar Rasya mendapat kepastian hukum.”

Tak Bisa tanpa Rasya
“Kegiatan saya yang tak bisa saya lakukan tanpa Rasya adalah menonton bola, biarpun pada akhirnya dia tertidur di dekat saya.”

Cara Menghalau Stres
1. Menikmati hari-hari bersama Rasya serta fokus pada perjuangan untuk mendapat ketetapan hukum bagi Rasya dan agar dia tidak tereksploitasi.
2. Bekerja dan bekerja.
3. Pergi ke gym.

5 Keputusan Terbaik yang Pernah Dibuat
1. Memutuskan untuk terjun ke dunia entertainment.
2. Memutuskan untuk bercerai dari Rafly.
3. Memutuskan untuk kuat dalam menghadapi cobaan hidup.
4. Memutuskan untuk memiliki moto “hidup itu hanya sekali”.
5. Memutuskan terus berjuang untuk anak.

Mengenai Penampilannya
“Untuk merawat tubuh, saya dua kali seminggu ke salon dan ke gym. Tapi, saya sudah lama sekali tidak membeli baju dan sepatu. Sudah lupa kapan terakhir kali saya membeli baju dan sepatu dan di mana belinya. Yang pasti, saya berbusana yang baik untuk menghargai orang lain.”

Pengalaman sebagai Seleb
“Hal-hal yang menyenangkan sebagai seleb, selain dapat penghasilan yang lumayan, saya juga sering mendapat kemudahan-kemudahan dalam banyak urusan. Yang tidak menyenangkannya ketika orang lain merasa berhak masuk dalam wilayah privasi saya. Dari sini saya melihat bahwa kita masih perlu belajar banyak soal menghargai privasi orang lain.”

Hidup Adalah…
“Perjuangan, dalam hal apa pun!” (Pedje)

No comments:

Post a Comment