Sunday, September 27, 2009

Sekali Lagi: Kondom!

Di Indonesia, penggunaan kondom belum begitu populer. Peredaran kondom di Indonesia hanya sekitar 100 juta dalam setahun. Padahal, risiko penularan infeksi menular seksual, termasuk tertular HIV, dengan penggunaan kondom berkurang sampai 10.000 kali lipat.

Pasti Anda sudah tahu kalau banyak ibu rumah tangga dan bayinya di Indonesia yang tertular HIV dan AIDS. Pasti juga bukan informasi baru kalau dikatakan bahwa salah satu cara untuk menghentikan penularan itu adalah lewat pemakaian kondom. Karena, kondom bukan hanya berfungsi sebagai alat kontrasepsi, tapi juga bisa melindungi pemakainya dari HIV, AIDS, dan berbagai penyakit menular seksual lainnya.

Wabah HIV dan AIDS memang menakutkan. Data terbaru Departemen Kesehatan mengungkapkan, secara kumulatif, sejak tahun 1987 dilaporkan 5.904 orang terinfeksi HIV, yang belum menunjukkan gejala (stadium HIV). Akan halnya jumlah pasien AIDS yang dilaporkan adalah 10.384, yang 2.287 orang di antaranya telah meninggal dunia. Dan, data itu bagai puncak gunung es. Karena, tentu saja, jumlah penularan yang belum didata jauh lebih besar. Diperkirakan, dalam tahun 2006 saja ada 176 ribu sampai 247 ribu orang telah tertular virus HIV, sebagian sudah menikah atau merencanakan akan menikah. ”Karena itu, kita berkewajiban untuk berupaya menghentikan penularannya, dengan memberikan informasi yang benar dan lengkap, juga dengan menganjurkan pemakaian kondom pada seks berisiko, termasuk di antara suami-isteri, terutama bila salah satunya telah terinfeksi virus HIV,” kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Dr. Nafsiah Mboi pada media briefing Pekan Kondom Nasional, awal November 2007 lalu.

Pemakaian kondom memang terbilang efektif untuk mencegah penularan itu. ”Karena, risiko penularan HIV dengan penggunaan kondom berkurang sampai 10.000 kali lipat,” ujar Christopher Purdy, Country Director DKT Indonesia—lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pemasaran sosial untuk pencegahan HIV/AIDS dan penyelenggaraan Keluarga Berencana, yang didanai oleh pemerintah Jerman. Di Thailand, misalnya, program penanggulangan HIV melalui penyediaan kondom dan pengobatan infeksi menular seksual yang dimulai pada tahun 1989 berhasil menurunkan tingkat penularan HIV di negara tersebut sebesar 83 persen.

Namun, sayangnya, di Indonesia, penggunaan kondom belum begitu populer. ”Saat ini, peredaran kondom di Indonesia hanya sekitar 100 juta dalam setahun. Tingkat penggunaan kondom yang rendah disebabkan oleh lingkungan sosial yang masih belum sepenuhnya mendukung penggunaan kondom. Kenyataan ini membuat stigma terhadap kondom tidak kunjung hilang,” tutur Christopher Purdy.

Memang, tak bisa dinafikan, masih banyak orang di Indonesia beranggapan bahwa kondom identik dengan perilaku seks yang tidak bertanggung jawab atau tak jauh dengan dunia maksiat. Ada juga yang beranggapan bahwa pemakaian kondom dapat mengurangi kenikmatan seksual. Padahal, seperti kata Nancy Fee, Country Coordinator UNAIDS, kondom itu seperti pisau, ia bisa digunakan sebagai sesuai dengan fungsi awalnya atau dialihkan fungsinya ke arah yang negatif. ”Jadi, bergantung pada orangnya,” ungkap Nancy Fee. Sementara itu, kondom justru dapat menambah kenikmatan seksual karena membantu menghindari ejakulasi dini pada kaum laki-laki.

“Rendahnya kesadaran akan pentingnya penggunaan kondom bagi kesehatan pribadi, kesehatan keluarga, bahkan kesehatan masyarakat, juga merupakan kendala dalam mengatasi infeksi menular seksual dan kehamilan yang tidak terencana. Angka aborsi ilegal di Indonesia sudah mencapai tiga juta per tahun,” tutur Dr. Sugiri, M.P.H., Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Bahkan, tambah Sugiri, dalam program Keluarga Berencana Nasional pun penggunaan kondom di Indonesia masih rendah dibanding penggunaan alat kontrasepsi lain. Dilihat dari manfaatnya, rasa perlunya Anda mulai menginformasikan soal kondom dan hal-ihwal infeksi menular seksual kepada anak-anak Anda yang mulai beranjak remaja. Bukan menganjurkan agar mereka menjalani kehidupan free sex, tapi justru untuk mencegah mereka dari serangan penyakit seksual dan kehamilan yang tak diinginkan.

Tak ada salahnya juga Anda menyinggung-nyinggung soal kondom kepada pasangan Anda. Bila Anda menangkap tanda-tanda bahwa pasangan Anda berkemungkinan punya perilaku seksual yang berisiko, ingatkan dia tentang betapa bahayanya perilaku seperti itu buat dirinya, diri Anda, dan keluarganya. Sampaikanlah manfaat kondom dengan bijaksana.

Kalau Anda merasa segan untuk menyampaikannya, ajaklah suami dan anak-anak remaja Anda ke acara Pekan Kondom Nasional yang akan digelar mulai tanggal 1 sampai 8 Desember 2007 di berbagai tempat, termasuk di kafe dan di mal-mal. Selama sepekan, agenda Pekan Kondom Nasional 2007 akan terdiri dari serangkaian kegiatan yang mencakup pembagian kondom gratis dilengkapi dengan materi edukasi, pelatihan, demonstrasi cara pemakaian kondom, konser musik, talkshow, dan apresiasi terhadap sejumlah tokoh yang menunjukkan kepedulian dan komitmen yang tinggi terhadap permasalahan HIV/AIDS di Indonesia. DKT Indonesia merupakan lembaga yang ditunjuk sebagai koordinator penyelenggaraan Pekan Kondom Nasional 2007.

Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia yang juga Mantan Menteri Agama, Dr. dr. Tarmizi Taher, juga mendukung acara ini. “Di negara-negara Timur Tengah seperti Iran, yang mayoritas rakyatnya beragama Islam, kondom sudah dapat diterima dengan sangat baik di masyarakat sehingga sangat membantu program pencegahan penularan HIV. Kita juga mestinya begitu,” ungkap Tarmizi. (Pedje)


Kondom Perempuan
Kondom kini bukan hanya untuk laki-laki. Sejak beberapa tahun lalu juga sudah ada kondom untuk kaum perempuan. Sama seperti kondom pria, kondom perempuan pun dapat membantu mencegah kehamilan dan infeksi menular seksual, termasuk HIV/AIDS. Kondom ini merupakan satu-satunya alat perlindungan yang dapat dikontrol oleh perempuan. Kondom perempuan berupa tube lateks yang begitu tipis, namun kuat, dan tidak sesak, yang dipakai di dalam vagina.

Sebuah cincin lembut pada ujungnya yang tertutup melindungi serviks dan bagian dalam vagina selama terjadi hubungan intim. Sementara itu, cincin yang satunya lagi, yang terbuka, tetap berada di luar vagina dan sebagian menutup area bibir vagina. Kondom perempuan ini mencegah terjadinya pertukaran cairan milik Anda dan pasangan Anda, seperti sperma, darah, dan ludah. Kondom perempuan ini efektif mencegah kehamilan dan infeksi menular seksual 79% sampai 95%.

Yang menarik, tidak seperti kondom laki-laki, kondom ini dapat digunakan delapan jam sebelum sanggama—dan memang hanya efektif bila digunakan sebelum making love. Awalnya, Anda mungkin agak kikuk mengenakannya. Tapi, kalau sudah dipraktikkan berkali-kali, lebih mudah.

Seperti halnya kondom untuk pria, kondom perempuan juga aman untuk digunakan ketika Anda dan pasangan sedang melakukan seks oral dan juga tidak mengurangi stimulasi dari pasangan Anda. Jangan khawatir, kondom perempuan ini tidak akan berpengaruh pada kesuburan Anda. Kekurangannya mungkin pada wujudnya yang selalu kelihatan selama berhubungan seks dan kadang agak sukar dimasukkan atau dipakainya. Kondom perempuan juga tidak mengandung zat yang dapat melumpuhkan sperma (spermicide). Dan dapat robek atau koyak bila tidak hati-hati menggunakannya—kondom pria pun begitu. Harga kondom perempuan juga sedikit lebih mahal daripada kondom pria. Tapi, untuk yang terakhir itu bisa menjadi relatif: bisa menjadi sangat murah bila dibandingkan dengan risiko yang mungkin kita dapatkan bila tidak memakai kondom. (Pedje)

No comments:

Post a Comment