Tuesday, September 29, 2009

Nonton, Yuk!

Anda sedang sedih, gundah, kesal, atau sedang kecewa? Cobalah menonton film, agar mental Anda tetap sehat.

Perbaiki kesehatan mental Anda melalui cara yang menyenangkan: menonton film. Terdengar bombastis? Nanti dulu. Di banyak negara maju, terapi sinema—begitulah istilahnya—telah banyak digunakan untuk memperbaiki kesehatan mental seseorang. “Terapi sinema dapat memiliki suatu efek positif pada banyak orang, kecuali pada orang yang jiwanya benar-benar terganggu atau tidak waras,” ungkap Gary Solomon, Ph.D., M.P.H., M.S.W., profesor psikologi di The Community College of Southern Nevada, yang juga penulis buku The Motion Picture Prescription dan Reel Therapy.

Gagasan dari terapi ini, tambah Solomon, adalah memilih film-film yang memiliki tema yang mencerminkan masalah atau situasi yang sedang Anda hadapi. Misalnya, jika Anda atau seorang yang Anda kasihi sedang mengalami suatu masalah pelecehan, Solomon menyarankan agar Anda atau orang Anda kasihi menonton film When a Man Loves a Woman. Atau, jika Anda sedang dirundung perasaan sedih—atau mungkin juga penyakit yang serius—akibat ditinggal orang yang Anda cintai, sang profesor menyarankan Anda agar menonton film Steel Magnolias atau Beaches.

Yang juga mendukung terapi sinema ini adalah Birgit Wolz, Ph.D., yang telah menulis buku The Cinema Therapy Workbook: A Self-Help Guide to Using Movies for Healing and Growth dan E-Motion Picture Magic: A Movie Lover's Guide to Healing and Transformation. Lewat bukunya, Wolz memperkenalkan beberapa jenis terapi sinema, antara lain popcorn cinema therapy. “Terapi ini agak berat bila dibandingkan dengan menonton film biasa, namun agak ringan bila dibandingkan dengan jenis terapi lain,” tutur Wolz.

Ada juga evocative cinema therapy. Dalam terapi jenis ini, Wolz menggunakan film sebagai terapi untuk membantu orang lain mempelajari diri mereka sendiri dengan cara yang amat dalam. Cara ini didasari pada respons orang-orang itu dalam membedakan karakter dan adegan dalam film. “Pertama, saya akan menanyakan situasi personal mereka dan mendapatkan suatu perasaan tentang tempat tinggal mereka. Lalu, saya akan merekomendasikan film-film yang mungkin dapat ’berbicara’ kepada mereka dalam level tertentu,” ungkapnya.

Selain itu, menurut Wolz, ada juga cathartic cinema therapy, yang menyertakan tawa atau tangisan. ”Terapi ini efektif sebagai pendahuluan atau suatu langkah awal dari terapi psikologi. Pada penderita depresi, misalnya, sebuah film yang membantu penderita itu untuk menangis dapat membuka tingkatan kejiwaan yang lain dari orang tersebut,” ujar Wolz. (Pedje)

No comments:

Post a Comment