Friday, October 2, 2009

Armand Maulana: “Kalau Lu Mencintai Partai Lu, Bakal Bahaya”

Tak bisa dinafikan, Armand Maulana adalah salah seorang pria penyanyi di Indonesia yang memiliki vokal bagus, aksi panggung memikat, dan stamina tubuh yang cenderung baik. Selama 15 tahun menjadi vokalis kelompok musik Gigi dan Gigi kemudian berhasil menjadi salah satu band papan atas di negeri ini, kehidupan personal dan kehidupan keluarga Armand pun bisa dibilang jarang sekali diterpa gosip miring. Ia juga dikenal sebagai penyanyi yang tak suka kehidupan malam, minuman beralkohol, dan rokok. Tak mengherankan jika kemudian banyak orang menganggap pemilik nama asli Tubagus Armand Maulana ini merupakan sosok “ideal” seorang anak band. Wajar pula jika kemudian banyak penggemarnya, terutama yang memiliki anak-anak yang masih kecil, kecewa begitu Armand dan kelompok musiknya tampil menjadi bintang iklan sebuah produk rokok—dan pergelaran musik mereka kerap disponsori produsen rokok.

“Alhamdulillah, saya mendapat citra yang seperti itu. Namun, saya sendiri kan tidak bisa mengalahkan hajat hidup orang banyak. Coba, dalam manajemen Gigi saja ada begitu banyak orang. Belum lagi orang-orang yang bekerja di panggung dan orang-orang yang berdagang ketika kami sedang pentas. Kita realistis saja. Musik Indonesia hidup dari mana? Tur-tur musik dari mana sponsornya? Orang-orang yang berpandangan seperti itu mungkin akan bisa memahami kalau mereka masuk ke industri yang kami jalankan,” ujar pria kelahiran Bandung pada 4 April 1971 ini dalam perbincangan dengan Purwadi Djunaedi dari eve , pertengahan April 2009 lalu.

Bincang-bincang dilakukan di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, yang untuk mencapainya dibutuhkan perjuangan luar biasa karena ketika itu sebagian Jakarta dikepung kemacetan yang parah. Armand sendiri sore itu terlihat segar, meski pihak manajemennya mengatakan bahwa ia sejak pagi menghadiri beberapa pertemuan dan acara. “Tapi, ngantuk banget nih,” ujar Armand ketika membuka perbincangan. Toh, Armand tetap semangat menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan. Berikut petikannya.

Vokal dan stamina Anda sebagai penyanyi begitu bagus. Apa ada latihan khusus?
Latihan khusus sih enggak. Tapi, memang, dari dulu saya suka berolahraga, suka bermain bola basket. Sekarang, sudah satu setengah tahun ini, saya ikut fitness. Kebetulan juga saya tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol. Terus, saya juga kurang menyukai kehidupan malam. Hiburan saya adalah menonton film dan mengutak-ngatik mobil. Paling malam, saya tidur jam 12. Untuk menjaga suara, saya mendisiplinkan diri untuk selalu tidur delapan jam sehari. Dan, kalau sedang tur atau ada pergelaran, saya benar-benar tak mau diganggu. Walaupun, misalnya, karena harus menempuh perjalanan jauh, saya terpaksa tidur lima jam dulu, saya tetap harus menambah jam tidur saya kemudian, sehingga dalam sehari bisa genap delapan jam.

Selama 15 tahun bersama Gigi, kok, Anda belum pernah mengeluarkan album solo?
Saya merasa Gigi sudah memenuhi apa yang saya inginkan, secara karya, massa musik, atmosfer yang terjadi dalam sebuah grup band, dan visi yang nyambung dengan manajemen. Jadi, buat apa saya mencari lagi? Kecuali, Gigi vakum dalam waktu yang lama.

Sebagai penyanyi, apakah Anda tidak ingin melakukan pencapaian pribadi?
Buat saya, yang saya lakukan bersama Gigi sudah merupakan pencapaian pribadi, malah di luar ekspektasi saya. Saya dulu waktu keluar dari Universitas Indonesia pada tahun 1990 kan untuk serius di musik. Ternyata, setelah 15 tahun bersama Gigi, begitu banyak yang telah saya capai. Benar-benar di luar ekspektasi saya.

Kenapa berhenti kuliah?
Waktu kuliah itu, saya kan sudah mulai menjadi penyanyi profesional, sudah membantu kelompok vokal Trio Libels, terus Next Band, dan saya juga lagi dibikinin album solo oleh Raidy Noor. Lalu, saya merasa bahwa musik adalah jalan hidup saya, karena itu saya keluar dari Universitas Indonesia. Waktu itu saya kuliah di jurusan pajak.


Keluarga tidak ada yang melarang?
Kakak-kakak saya marah. Kata mereka, ketika begitu banyak orang yang ingin masuk Universitas Indonesia, saya malah keluar. Saya katakan, “Kalau saya tidak berhasil di dunia musik, Kakak-Kakak tidak usah membantu saya.” Maksudnya, kalau saya melarat, mereka tidak perlu mengasihani saya.

Sejak kapan mulai punya keinginan kuat untuk menjadi penyanyi?
Saya baru sadar di kelas dua SMA. Ceritanya, saya bertemu Bens Leo, kritikus musik, yang mengatakan bahwa saya memiliki potensi sebagai penyanyi. Mas Bens juga mengatakan, kalau saya ke Jakarta, saya diminta untuk menghubungi dia. Maka, ketika saya ke Jakarta, saya pun menghubungi dia dan dia meminta saya untuk ikut festival musik. Saya menang dalam festival itu. Dari sanalah saya mulai menyadari bahwa saya punya bakat sebagai penyanyi.


Siapa saja yang berjasa dalam perjalanan awal karir Anda sebagai penyanyi?
Bens Leo dan Raidy Noor. Dan, secara komersial, Trio Libels juga berjasa, karena nama saya menjadi terangkat. Ketiganya sangat berjasa di awal karir saya, selain keluarga saya tentunya.

Dengan aktivitas Anda yang padat, bagaimana Anda membina hubungan dengan keluarga sekarang ini, terutama dengan anak Anda?
Bagi saya, keluarga sangat penting. Kalau saya sedang tidak sibuk dan ada waktu, saya selalu menyempatkan diri untuk mengantar anak ke sekolah. Kalau sedang tur, saya tetap menjalin komunikasi dengan istri dan anak kami. Saya menelepon mereka sudah seperti minum obat. Saya juga tahu jadwal kegiatan anak kami.


Anda mengharapkan anak Anda akan seperti apa kelak?
Saya ingin anak kami menjadi orang yang bebas dan bertanggung jawab. Dalam arti, dia bebas menentukan hidupnya sendiri, tapi harus berani bertanggung jawab dengan apa yang telah dipilih. Semua ada konsekuensinya. Pendidikan seperti ini saya contoh dari ibu saya. Sikap inilah yang saya jalankan ketika saya keluar dari Universitas Indonesia dulu dan saya ingin menerapkan juga kepada anak kami.

Dengan apa yang telah Anda capai dan miliki selama ini tentunya banyak sekali perempuan cantik yang berusaha mendekati Anda atau berharap lebih dari itu. Anda tidak pernah tertarik dengan mereka?
Bohong kalau saya tidak tertarik dengan perempuan cantik. Tapi, saya tidak ingin menghancurkan rumah tangga kami yang telah kami bangun selama belasan tahun.

Istri Anda tidak pernah cemburu?
Pasti pernah. Biasanya kalau saya terlalu sibuk di luar rumah.

Selain kepada keluarga, Anda juga tampaknya cinta mati, ya, kepada Gigi?
Atmosfer yang ada di Gigi itu asyik. Karena, di Gigi tidak ada pemimpin. Semua personel adalah pemimpin. Semua sama, bisa mengemukakan pendapat. Itulah sebabnya, komunikasi di Gigi tidak pernah buntu. Kami selalu terbuka. Kalau ada masalah, langsung dibuka dan diselesaikan. Mungkin itulah sebabnya usia Gigi bisa menjadi panjang. Kebetulan juga, semua personel Gigi punya disiplin yang sama, sama-sama menghargai waktu.

Dari awal pembentukannya memang sudah diniatkan seperti itu?
Tidak tahu mengapa kami bisa seperti itu, tidak pernah diniatkan sejak awal. Bagusnya, manajer kami, Dhani Pete, memperlakukan kami tidak pilih kasih dan menanamkan disiplin yang baik juga. Dhani benar-benar berlaku sebagai manajer yang baik. Dan, di Gigi, sejak awal, antara manajer dan personel Gigi punya kedudukan yang sama. Para personel di Gigi menghargai profesi manajer. Untuk urusan manajerial kan manajer lebih tahu daripada kami. Kami juga bangga dengan manajer kami. Karena, manajer kami membuatkan pergelaran buat kami bila kami sedang tidak ada pergelaran, seperti Konser 11 Januari dan ulang tahun ke-15 Gigi. Itu pergelaran yang dibuat oleh manajemen kami. Dan, menurut saya, di Indonesia belum ada manajer atau manajemen artis yang seperti itu. Biasanya kan manajemen hanya menunggu datangnya job.

Apa tidak pernah ada gesekan di antara para personel Gigi?
Gesekan pasti ada, termasuk yang besar, sampai kami pernah mengalami pergantian personel. Sampai sekarang pun saat pembuatan lagu selalu ada gesekan. Tapi, justru itu harus ada, agar ada "api" yang membangkitkan karya menjadi sesuatu. Kalau tidak ada gesekan, nanti karyanya malah akan menjadi datar. Kalau terjadi perbedaan pendapat di antara kami dan kami tidak bisa menyelesaikan, manajerlah yang akan menjadi penengah kami.

Sebenarnya konsep bermusik Gigi itu seperti apa, mengingat begitu banyak corak lagu yang ditampilkan Gigi dalam album-albumnya selama ini?
Konsep Gigi memang mengalir saja, seperti air. Dalam arti, kalau ada ide, ide itu belum pernah kami lakukan, dan tidak memaksakan kemampuan kami, ide itu akan kami jalankan. Bagi kami, yang penting itu Gigi tetap on fire. Meski usia kami sudah 15 tahun, kami tidak boleh berhenti mencari. Selain belasan album reguler, Gigi juga telah menelurkan beberapa album lagu religi.

Seberapa religius sebenarnya seorang Armand Maulana?
Saya tidak mau mengatakan saya sangat religius. Namun, alhamdulillah, saya menjalankan semua yang diwajibkan oleh agama saya.

O, ya, kenapa Gigi mau menerima tawaran beberapa partai politik dalam kampanye pemilihan anggota legislatif yang baru lalu?
Bagi kami, yang penting partai-partai politik itu mau menerima profesionalisme kami sebagai grup band. Waktu masa kampanye itu, ada juga sebuah partai yang menawarkan Gigi untuk pentas selama 30 hari berturut-turut. Tapi, personel Gigi diminta untuk memakai kaos partai politik itu, meneriakkan yel-yel partai, atau mengiringi orang partai menyanyikan lagu Gigi yang liriknya sudah diubah sesuai kepentingan partai itu. Kami menolak. Kalau partai politik ingin mengontrak kami, kami mau hanya sebagai penghibur, titik. Dan, ternyata ada dua partai yang mau memenuhi prinsip kami itu. Dan ketika manggung pada kampanye masing-masing partai itu, saya pun mengatakan hal yang sama kepada massa mereka, “Lu di sini kumpul, hanya ada satu kalimat, menurut kami, yang pantas lu teladani: cintailah Indonesia! Kenapa kalimat itu sungguh sangat sakti menurut kami? Karena, dengan mencintai Indonesia, apa pun partai lu, pasti akan ingat bahwa di Indonesia masih banyak rakyat miskin dan otomatis akan ingat bila akan melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Tapi, kalau lu mencintai partai lu, bakal bahaya.” (Pedje)

No comments:

Post a Comment