Thursday, October 22, 2009

Pentingnya Kearifan bagi Manusia

Manusia yang begitu dahsyatnya pada mulanya hanyalah satu sel.

Manusia memang menakjubkan, baik dari sisi positif maupun negatif. Manusia dengan pemikiran dan tindakannya telah membuat dunia ini berkembang begitu hebatnya. Padahal, kalau kita ikuti prosesnya terbentuknya manusia, tak terbayangkan kalau manusia pada awalnya hanyalah sebutir ovum yang dibuahi sperma.

Kita pada mulanya hanya makhluk satu sel, yang kemudian berkembang dengan cara membelah diri, dari satu menjadi dua, menjadi empat, menjadi delapan, dan seterusnya sampai jumlahnya mencapai ribuan miliar, sehingga terbentuklah manusia. Luar biasa, memang. Dan, proses itu tampak semakin luar biasa karena kita, manusia, memiliki banyak sekali sel yang berbeda. Sel otak kita berbeda dari sel ginjal, sel jantung, sel kulit, dan sebagainya. Dan, sekali lagi, semua itu muncul hanya dari satu sel. Ajaibnya lagi, sel yang membelah itu bisa tahu akan menggerombol ke kelompok apa, misalnya ke telinga, ke jantung, ke paru-paru, dan seterusnya. Coba bayangkan apa yang terjadi jika sel-sel itu cuma menggerombol untuk membentuk otak.

Tapi, setelah lahir, manusia memang tak seperti binatang menyusui yang lain. Manusia tak diciptakan dengan kesiapan untuk langsung berhadapan dengan alam. Untuk bisa berjalan saja, manusia setidaknya butuh waktu berbulan-bulan. Bandingkan dengan anak paus, yang begitu lahir langsung bisa berenang.

Karena itu, mestinya, kita semua menjadi lebih arif. Alasannya, pertama, ada “kekuatan yang mahadahsyat” di luar diri manusia sendiri yang telah mengatur bagaimana diri kita akan terbentuk. Kedua, pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang lemah, yang tak berdaya, ketika dilahirkan.

Tapi, memang, di sisi lain, “proses biologis yang tak selesai” itu mendorong manusia untuk “menciptakan dunianya sendiri”. Dari sanalah muncul kesadaran dan kreativitas sehingga manusia memperoleh kemajuan demi kemajuan ketimbang makhluk lain. Tapi, ya, itu tadi: tanpa kearifan, semua itu bisa membuat manusia jumawa, yang pada akhirnya memerosokkan manusia pada tindakan saling memangsa, seperti binatang. (Pedje)

No comments:

Post a Comment