Tuesday, October 6, 2009

Bahaya Mengintip di Balik Facebook

Seperti sebilah pisau, Facebook bisa bermanfaat atau berbahaya bergantung pada penggunanya. Namun, ada juga potensi kejahatan di balik Facebook dan situs sejenisnya, yang bisa membuat orang-orang yang tak bersalah sebagai korban.


Entah ini kabar baik atau bukan. Menjelang akhir Mei 2009 lalu, Alexa.com, situs pencatat ranking dan lalu-lintas di internet, mengungkapkan bahwa Facebook merupakan situs nomor satu yang paling sering dikunjungi di Indonesia. Padahal, sudah sejak lama posisi teratas Alexa Top Sites diduduki oleh Google. Sejauh ini, Indonesia merupakan negara pertama dan satu-satunya yang menempatkan Facebook pada posisi teratas. Sementara itu, di Amerika Serikat, Facebook hanya menempati posisi ketiga.

Memang, tidak seperti situs jejaring yang lain, kehadiran Facebook di Indonesia terasa disambut dengan gegap gempita. Mungkin karena itulah kemudian ada yang mencemaskan Facebook dapat merusak tatanan sosial dan moral masyarakat Indonesia. Juga ada yang mengatakan bahwa Facebook telah menurunkan produktivitas pekerja di banyak perusahaan. Belakangan, kita pun mendengar ada yang mengeluarkan pernyataan mengharamkan Facebook.

Tak bisa dinafikan, seperti banyak hal lain di jagat raya ini, Facebook hadir di tengah masyarakat pengguna internet bak sebilah pisau: bisa digunakan untuk mengiris bawang sekaligus juga bisa untuk merusakkan i-Pod kita. Pada akhirnya, plus dan minus Facebook memang sepenuhnya bergantung pada pemakainya.

Bagi Avril Grube, warga negara Inggris berusia 62 tahun, misalnya, Facebook mendatangkan manfaat positif yang luarf biasa. Karena, lewat Facebook, ia akhirnya dapat bersua lagi dengan anak kandungnya setelah terpisah puluhan tahun. Manurut Grube, anaknya yang kini berusia 29 tahun telah diculik semasa kecil oleh ayah kandungannya, mantan suami Grube. Ceritanya, seperti dikisahkan BBC, Grube bercerai dari suaminya pada tahun 1982.

Hak pengasuhan anak, yang bernama Gavin Paros, jatuh kepada Grube, namun mantan suaminya itu tetap memiliki hak berkunjung. Nah, suatu hari pada 27 tahun lalu, sang anak diajak ayahnya ke Hungaria dan sejak itu tak pernah kembali lagi ke pangkuan sang bunda. Bukan hanya itu, Grube juga benar-benar kehilangan jejak sang anak, meski ia tak pernah lelah untuk terus mencari keberadaan Gavin Paros, termasuk menyampaikan masalahnya itu kepada Margaret Thatcher sewaktu masih menjadi Perdana Menteri Inggris dan juga minta pertolongan kedutaan Hungaria. Namun, hasilnya nihil.

Sampai beberapa waktu lalu, saudara Gruber mencari keberadaan Gavin Paros lewat mesin pencari di internet. Tanpa disangka profil Facebook Gavin Paros muncul. Info ini pun terus "dikejar" lewat Facebook dan diketahuilah bahwa Gavin Paros itu memang benar anak Grube. Pesan pun dikirim dan berbalas. Ibu dan anak itu pun akhirnya bertemu.

Di Indonesia mungkin belum ada perjumpaan seperti Grube dan anaknya itu. Namun, para pengguna Facebook di Indonesia dan berbagai belahan bumi lain tentulah banyak yang bisa berjumpa dengan teman-teman lama gara-gara Facebook. Tak mengherankan jika hampir setiap minggu kini di Jakarta ada saja acara reuni, mulai reuni alumni sekolah dasar sampai reuni teman-teman satu jurusan di perguruan tinggi.

Padahal, ketika internet mulai digemari masyarakat pada awal tahun 1990-an, banyak orang juga khawatir bahwa internet akan membuat para penggunanya menjadi antisosial. Kekhawatiran itu malah diperkuat dengan sejumlah studi. Rober E. Kraut dari Carnegie Mellon University, misalnya, pada tahun 1998 pernah mengungkapkan bahwa internet dapat menyebabkan orang menjadi kesepian, depresi, dan menyianyiakan hubungan yang telah terjalin selama ini. Pendapat Kraut itu juga diperkuat dengan riset yang dilakukan oleh Norman H. Nie dan Lutz Ebring dari Stanford Institute for the Quantitative Study of Society pada tahun 2000.

Namun, belakangan, banyak ahli lain berpendapat sebaliknya, termasuk Robert Kraut yang melakukan penelitian lanjutan pada tahun 2002 lalu. Menurut mereka, cyber atau jejaring sosial online dapat meningkat keleluasaan sosial seseorang. Orang menjadi lebih leluasa dan mendalam ketika berhubungan dengan orang lain. Malah, di atas segalanya, jejaring sosial online dapat menjadi "modal sosial" seseorang untuk meningkatkan penghasilannya. “Beberapa ahli telah mengungkapkan bahwa internet menyediakan tempat yang positif untuk berinteraksi sosial, baik secara individu maupun berkelompok,” ujar ahli psikologi sosial dari Yale University, John A. Bargh.

Dalam penelitian lanjutan Kraut terungkap bahwa mahasiswanya yang kerap menggunakan internet mengalami peningkatan ukuran lingkaran sosial mereka, baik secara lokal maupun lingkaran sosial yang lebih luas lagi. “Mereka juga menjadi lebih sering bertatap muka dengan teman-teman dan keluarganya,” kata Kraut dalam penelitiannya itu. Mereka juga, tambah Kraut, menjadi aktif berpartisipasi dalam komunitas dan rasa percaya mereka kepada orang lain pun mengalami peningkatan. “Namun, memang, hal-hal yang positif itu lebih banyak terjadi pada orang-orang yang memiliki kepribadian ekstrover daripada yang introver,” ujar Kraut.

Sungguhpun begitu, tetap harus disadari oleh pengguna internet, khususnya bagi pengguna situs jejaring sosial semacam Facebook, Twitter, dan Friendster, bahwa ada potensi bahaya yang mengintip di balik itu semua. Pihak Facebook sendiri telah menginformasikan tentang potensi bahaya itu, antara lain tentang postcard spam, spyware_large Nigerian atau penipuan 419, e-mail palsu, Worm Koobface, dan surat berantai.

Yang dimaksud dengan postcard spam adalah pesan atau posting di wall Anda dari seorang teman yang mencantumkan link tertentu. Sebaiknya Anda tidak membuka link itu karena kemungkinan berisi virus yang dapat menyebabkan account Facebook Anda menjadi terancam. Jika telanjur mengklik salah satu link tersebut, segera jalankan scanning pada komputer Anda dan reset password Facebook Anda segera.

Akan halnya spyware_large Nigerian atau penipuan 419 adalah pesan dari teman-teman atau orang-orang yang mengaku berada pada suatu daerah tertentu yang ujung-ujungnya meminta bantuan uang dari Anda. Jika pesan itu memang berasal dari teman Anda, kemungkinan account teman Anda itu telah terinfeksi/dibajak. Informasikan segera hal ini kepada teman Anda. Namun, jika itu berasal dari orang asing, laporkan segera ke Facebook lewat e-mail, sehingga pihak Facebook akan cepat mengambil tindakan.

Untuk e-mail biasanya seakan-akan dikirim oleh Facebook. E-mail ini umumnya berupa e-mail pemberitahuan untuk menjadi teman. Pada e-mail seperti itu sering terdapat tautan ke situs phishing atau berisi sebuah lampiran bervirus. Ingat, pemberitahuan Facebook tidak pernah menyertakan lampiran (attachment). Karena itu, jangan klik link dalam e-mail mencurigakan tersebut.

Bila masuk ke situs phising, password dan seluruh data profil/pribadi Anda di Facebook atau situs jejaring sosial lain akan dicuri. Kalau sudah begitu berabe, kan? Seorang teman pernah mengalaminya. Ada orang yang menggunakan account Facebooknya dan menuliskan statusnya dengan kata-kata yang sangat tidak sopan, vulgar, dan menjijikkan. Padahal, yang masuk dalam lingkaran pertemanannya ada juga suami dan anak-anaknya yang masih remaja. “Teman-teman saya langsung telepon begitu melihat status saya di Facebook. Saya benar-benar stres,” ujarnya.

Sementara itu yang dimaksud dengan Worm Koobface adalah account Anda tanpa Anda sadari telah digunakan untuk mengirim pesan spam dan sebagainya kepada teman-teman Anda. Jika Anda menduga komputer Anda telah terinfeksi virus Koobface atau virus lain, segera saja cari antivirus online yang disediakan Facebook dalam folder Helpful List. Setelah itu, reset password Anda.

Beberapa waktu lalu, program ‘cacing jahat’ juga menyerang Twitter. Virus itu bernama Net-Worm.JS.Twettir, yang menyebar sejak April lalu. Untunglah, cacing palsu nakal itu tak sampai merusak atau mencuri data-data pengguna Twitter. Karena, menurut penciptanya, seorang remaja New York, Net-Worm.JS.Twettir memang sengaja ia ciptakan sebagai peringatan kepada pengembang web bahwa produk mereka memiliki kelemahan sekaligus untuk mempromosikan situs pribadinya melalui link di dalam pesan-pesan Twitter palsu.

Yang juga harus dihindari oleh pengguna Facebook dan situ sejenis adalah surat berantai palsu. Yang belakangan ini sering beredar adalah surat berantai yang menyatakan bahwa Facebook telah overpopulated dan mengatakan bahwa account Anda akan dihapus jika tidak menyebarkan e-mail tersebut ke sejumlah orang. Pesan ini adalah palsu dan tidak datang dari Mark Zuckerberg atau Facebook, dihapus saja.

Kasus kejahatan lain yang bisa muncul dalam situs Facebook dan sejenisnya adalah apa yang disebut sebagai impersonation. Dalam kasus ini, seluruh data diri seseorang yang diungkapkan di Facebook diambil entah oleh siapa, lalu data itu digunakan untuk membuat blog. Jadi, seolah-olah blog tersebut dibuat dan dikelola langsung oleh orang yang data dirinya dicuri itu. Tak jarang, bukan hanya data diri yang dicuri, tapi juga foto-foto kita yang ada di Facebook dan situs sejenis. Lebih repot lagi bila si pencuri juga mencantumkan nomor telepon dari orang yang datanya dicuri itu.

Bila Anda menjadi korban impersonation dan muncul blog yang seolah dibuat dan dikelola Anda di blogspot.com atau blogger.com, cobalah lakukan flag blog dengan pilihan impersonation. Setelah itu, Anda akan diminta mengirimkan hasil pemindaian (scanning) kartu identitas diri Anda sebagai bukti bahwa Anda korban impersonation. Kemudian Anda tinggal menunggu keputusan dari pengelola layanan blog tersebut untuk mencabut atau menghapus alamat blog yang menjadi keberatan Anda.

Bagi Anda yang punya anak yang juga pengguna account Facebook dan sejenisnya, cobalah diberitahu untuk lebih hati-hati meng-add teman. Karena, banyak kasus anak-anak dan remaja menjadi korban kejahatan di situs jejaring sosial semacam Facebook. Seorang pelajar pria Millwaukee, Amerika Serikat, misalnya, ditangkap polisi kerena kejahatan seks via internet.

Dalam aksinya, ia menyamar sebagai gadis di Facebook, dengan nama Kayla dan Emily. Berkat penyamaran itu, ia sukses menggoda dan menipu 31 remaja lelaki yang bersedia mengiriminya foto-foto bugil mereka. Selain itu, mayoritas korban juga diancam untuk melakukan aksi seks di depannya. Jika mereka menolak melakukannya, foto bugil yang telah diposting akan disebarluaskan via internet. Beberapa korban bahkan harus melakukan aksi seksual bersama pria pelajar itu di berbagai tempat, seperti di kamar mandi dan di taman. Mengerikan, bukan? (Pedje)

Mencegah Phising

Ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi serangan phising, seperti yang disarankan vendor keamanan internet Kaspersky Lab. berikut ini.

1. Untuk situs seperti Facebook buatlah bookmark untuk halaman login atau mengetik URL secara langsung di browser address bar.

2. Jangan pernah mengklik link pada pesan e-mail.

3. Hanya mengetik data rahasia pada website yang aman.

4. Lakukan pengecekan account bank Anda secara rutin dan laporkan apa pun yang mencurigakan ke pihak bank Anda.

5. Coba cari kejanggalan dari e-mail phising: e-mail itu biasanya tidak ditujukan secara personal kepada Anda, Anda bukan satu-satunya penerima e-mail, terdapat kesalahan ejaan, tata bahasa, atau kalimat yang buruk, atau penggunaan bahasa yang terkesan kaku.

6. Unduhlah perangkat lunak untuk keamanan internet dan tetap meng-update anti-virus.

7. Unduhlah patch keamanan.

8. Waspadalah terhadap e-mail dan pesan instan yang tidak diminta.

9. Berhati-hati ketika login yang meminta hak administrator.

10. Back up data-data penting Anda.


Menghindari Impersonation

1. Hindari memasang profil atau data diri di Facebook dan situsnya dengan lengkap. Memang, semakin lengkap profil/data diri terpasang semakin mudah mendapatkan teman. Tapi, pemasangan info yang lengkap itu juga berisiko disalahgunakanp oleh orang lain.

2. Jangan pernah memasang foto diri Anda yang akan membuat Anda merasa tidak nyaman bila foto itu tersebar luas kepada publik. Meski foto itu hanya Anda masukkan ke dalam account Facebook Anda, pada dasarnya Anda sudah menyebarkan foto Anda sendiri ke ranah publik.

3. Selektiflah dalam meng-add teman atau melakukan konfirmasi atas permintaan seseorang untuk menjadi teman Anda. Caranya, lihatlah berapa jumlah mutual friends antara Anda dan orang itu. Semakin sedikit mutual friends-nya berarti semakin sedikit teman-teman Anda yang kenal dengan dirinya, yang berarti semakin berisiko tinggi.

4. Jangan sembarangan menerima tag foto. Bila ada foto yang Anda tidak suka namun Anda di-tag oleh teman Anda, segera lakukan untag. Kalau perlu, minta teman Anda itu untuk mencabut foto tersebut.

5. Segeralah bertindak. Jangan menunda-nunda waktu bila Anda menemukan data atau profil Anda digunakan oleh pihak lain untuk hal-hal di luar kontrol Anda. Mmebiarkan hal itu terjadi atau terlambat diatasi bisa mendatangkan kerugian pada diri Anda. Laporkanlah ke pengelola layanan tempat kejadian impersonation untuk segera mencabut informasi milik Anda tersebut. Jangan sungkan untuk meminta bantuan teman yang memahami bagaimana mengatasi masalah itu.

No comments:

Post a Comment