Thursday, October 1, 2009

Rambut, Keluarga, dan Politik Rachel Maryam Sayidina

Kenapa Rachel Maryam mengubah gaya rambutnya? Kenapa pula ia bersedia bergabung dengan partai politik yang baru berdiri, bukan partai besar yang telah mapan?

Masih ingat sinetron Strawberry yang dibintangi Rachel Maryam dan ditayangkan beberapa tahun lalu? Dalam Forum Film Bandung, sinetron itu meraih dua piala untuk kategori drama remaja terpuji dan artis sinetron terpuji. Memang, banyak orang yang terkesan dengan sinetron tersebut, terutama karena dianggap cukup menghibur dan membawa pesan positif. Bahkan, ada sebuah butik di Bandung yang akhirnya diberi nama All About Strawberry karena terinspirasi oleh sinetron itu dan menjadikan Rachel Maryam sebagai ikonnya.

Jadi, sebenarnya, wajar saja jika sampai kini masih ada orang yang mengidentikkan Rachel dengan Strawberry, tokoh utama sinetron itu, yang notabene adalah remaja. ”Padahal, saya sekarang bukan lagi remaja, sudah 28 tahun, dan sudah punya anak. Saya tidak PD lagi kalau dibilang imut. Itulah sebabnya saya sejak beberapa waktu lalu meluruskan rambut, agar orang tak melihat saya sebagai Strawberry lagi,” ujar Rachel Maryam Sayidina.

Ya, Rachel memang bukan remaja lagi. Istri dari Muhammad Akbar Permana alias Ebes dan ibu dari Muhammad Kalle Mata Angin ini juga mengaku tidak lagi menjadi pribadi yang impulsif seperti dulu. ”Kalau sekarang, untuk melakukan sesuatu, saya harus berpikir seribu kali ke depan. Karena, sekarang saya sudah punya anak,” tuturnya.

Untuk urusan dunia akting pun begitu, dunia yang telah ia geluti sejak remaja dan telah mendatangkan banyak hal dalam hidupnya. ”Sebagai seorang profesional, saya memang tidak begitu peduli dengan efek apa yang dapat muncul karena peran saya di sinetron atau film. Saya harus bisa memerankan apa saja. Tapi, karena sekarang sudah punya anak dan suami, saya tidak mau bermain dalam film-film yang terlalu berani secara seksual,” ungkap perempuan kelahiran Bandung ini. Keluarga menjadi pertimbangan utamanya sejak berkeluarga. Dalam berdoa sebelum tidur pun, akunya, cucu dari seorang sinden ini selau berdoa agar keluarganya dilimpahkan kebahagiaan. ”Saya berdoa, semoga suami dan anak saya berbahagia hidup dengan saya. Begitu pula saya, saya berdoa agar saya berbahagia hidup dengan suami dan anak saya,” tuturnya.

Dalam film barunya nanti, yang sekarang ini sedang tahap proses syuting, Rachel juga berperan sebagai ibu. Ia memerankan seorang ibu yang baru keluar dari penjara dan sedang mencari anaknya yang telah hilang selama 12 tahun. ”Ibu itu akhirnya menemukan anaknya, tapi anaknya ternyata mengidap kelainan jantung dan harus segera dioperasi. Padahal, dia miskin,” ujar Rachel.

Dalam keseharian, persoalan rakyat miskin di negeri ini telah membuat Rachel tergerak untuk terjun ke wilayah politik praktis. Ia menerima tawaran sebuah partai politik untuk bergabung di dalamnya karena partai baru tersebut memiliki visi memberantas kemiskinan. ”Persoalan kemiskinan itu membuat saya gemas. Apalagi di Jakarta, kita bisa melihat orang yang bermobil mewah dan di luarnya ada seorang anak yang sedang mengamen. Di lingkungan tempat tinggal saya sekarang saja, di Kebayoran, yang sangat dekat dengan kompleks perumahan menteri, masih ada bayi penderita gizi buruk dan banyak orang yang hidupnya sangat tidak layak,” kata artis yang mengagumi Nia Di Nata ini.

Rachel mengaku, dirinya punya harapan besar dengan negeri ini, bukan sekadar memanfaatkan aji mumpung sebagai artis, yang sekarang ini sedang menjadi incaran banyak partai politik untuk dijadikan pengumpul suara. ”Saya banyak kecewa dengan apa yang terjadi dengan negara kita. Setiap kali menyaksikan berita, ada saja yang membuat saya kesal. Karena itu, jika saya bisa duduk di DPR, walau cuma satu suara, setidaknya saya bisa bikin perubahan, yang insya Allah lebih baik,” ungkapnya.

Apakah Rachel berminat untuk menjadi menteri? ”Saya belum berpikir ke arah sana. Tapi, kalau duduk di DPR, saya sudah punya ancar-ancar. Saya ingin ditempatkan di komisi yang mengurus pendidikan dan kebudayaan, bidang yang cukup saya pahami. Kalau saya ditempatkan di komisi yang tidak saya mengerti kan percuma saja, misalnya ditempatkan di komisi hukum,” tutur Rachel. Padahal, ia sendiri percaya bahwa masalah yang paling krusial di negeri adalah masalah penegakan hukum.

Yang pasti, ada begitu banyak rakyat yang berharap orang-orang yang diberi amanat mengelola negara ini dapat menjalankan tugasnya dengan baik, bertanggung jawab, dan dapat mendatangkan kemaslahatan bagi sebagian besar rakyat. Bukan malah sebaliknya, menjadi pengkhianat bangsa dan dengan rakusnya menyedot kekayaan negara untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan konco-konconya, seperti sedang kerasukan setan. Amit-amit! (Pedje)

No comments:

Post a Comment