Wednesday, October 28, 2009

Bukan Sekadar Hura-Hura

Ada begitu banyak komunitas bermunculan seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Anda bergabung di komunitas apa?


“Hidup di kota besar seperti Jakarta yang paling penting itu sehat dan banyak teman. Punya banyak uang dan harta berlimpah juga tak ada artinya kalau kita sakit-sakitan dan tak punya teman. Lebih parah lagi kalau sudah tak punya uang, eh, sakit-sakitan dan tak punya teman pula. Tapi, kalau sehat dan banyak teman, saya sendiri merasakan, rezeki menjadi mudah dicari,” ujar seorang teman, panggil saja Tara, seorang produser eksekutif di sebuh stasiun televisi.

Ya, ada benarnya pernyataan Tara itu. Bahkan, bukan hanya di kota besar seperti Jakarta, kesehatan dan teman yang banyak (apalagi baik pula) merupakan keniscayaan hidup manusia di mana saja. Bukankah manusia pada dasarnya makhluk sosial, seperti pernah diajarkan dulu oleh guru sekolah dasar kita?

Dan, sekarang ini, untuk menjalin pertemanan dengan sebanyak mungkin orang bukan sesuatu yang terlampau sulit, bahkan untuk mendapatkan teman-teman baru dari tempat yang belum kita pernah dengar namanya sebelumnya. Seperti kita tahu, terlepas dari baik atau buruknya, di internet ada banyak situs yang menyediakan fasilitas bagi kita untuk menampilkan diri agar mendapatkan teman. Misalnya Facebook, Twitter, Friendster, Multiply, Flickr, High 5, dan berjuta-juta (mungkin miliaran) mailing list (milis). Mengunjugi situs-situs dan menjadi peserta beberapa milis itu kita akan benar-benar merasakan kebenaran ungkapan bahwa batas-batas dunia kini telah mencair dan dunia ini bagai sebuah kampung besar. Aha!

Dengan bantuan teknologi semacam itu pula berbagai komunitas tercipta di banyak tempat di berbagai belahan dunia, mulai dari komunitas hobi sampai komunitas bisnis; mulai dari komunitas penggemar keris sampai komunitas peminat UFO. Anda bergabung dalam komunitas apa? Atau justru belum bergabung dan berminat untuk bergabung? Nah, bagi yang berminat untuk bergabung dengan suatu komunitas, kami sajikan profil tiga komunitas yang berbeda berikut ini, sebagai gambaran apa dan bagaimana aktivitas komunitas itu berlangsung.

Komunitas Bike to Work
Inilah komunitas bagi orang-orang yang peduli lingkungan, dengan cara meminimalkan penggunaan kendaraan bermotor bila berpergian, terutama bila pergi ke tempat kerja. Mereka mencoba sesering mungkin untuk menggunakan kereta angin, sebagai bagian dari niat mereka untuk ikut menyelamatkan bumi ini. “Komunitas ini terbentuk pada tahun 2005 dan keanggotaan sampai sekarang bersifat cair, artinya belum mengikat. Siapa saja yang suka bersepeda, terutama ke tempat kerja, bisa bergabung dengan komunitas ini. Namun, ke depan, kami sedang menyiapkan bentuk organisasi yang rapi. Kami sedang menyiapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sehingga nanti keanggotaannya menjadi terikat. Kami berharap, dengan adanya organisasi yang lebih rapi, kami berharap dapat lebih membuat program-program yang lebih bermanfaat bagi anggota, misalnya dengan mengikutsertakan mereka pada program asuransi kecelakaan,” kata Lucy W. Iskandar, 29 tahun, aktivis Bike to Work yang bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan di Jakarta. Lucy hampir setiap hari bersepeda dari rumah ke kantor pergi pulang. Rumahnya di Bintaro dan kantornya di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat.

Kendati keanggotaannya bersifat cair, logo Bike to Work tak bisa dengan seenak-enaknya digunakan oleh anggotanya. ”Kami telah mematenkan logo Bike to Work, karena kami juga membuat pernak-pernik dengan logo ini yang dijual kepada siapa yang berminat. Keuntungan dari penjualan ini kami masukkan ke dalam kas Bike to Work,” kata Lucy lagi. Komunitas ini pun telah memiliki ’cabang’ di berbagai kota besar di Indonesia.

Kalau sedang mengadakan acara, semisal ulang tahun kelompok ini (Bike to Work Day), anggota yang hadir bisa sampai ribuan orang. ”Tahun lalu saja, yang berkumpul di Jakarta ini saja mencapai empat ribu orang. Kami mengadakan Bike to Work Day setiap tahun sebagai bagian dari kampanye kami untuk menggugah orang ikut menyelamatkan bumi lewat bersepeda. Pada konferensi tentang pemanasan global dan perubahan iklim yang baru lalu di Bali, komunitas kami juga mendapatkan kehormatan untuk melakukan kegiatan sepeda maraton dari Jakarta ke Bali, yang kami namakan Bicycle for Earth,” tutur Lucy.

Selain itu, anggota ini juga kerap kumpul-kumpul di berbagai tempat sekadar untuk bersilahturahmi atau makan bersama. ”Jadi, dengan ikut komunitas ini, selain sehat, kami juga mendapat banyak teman, yang tak jarang malah menjadi teman bisnis,” kata Nina Sudiro, 34 tahun, yang mulai aktif dalam komunitas ini sejak Desember 2006 lalu. Hampir setiap hari, Nina pergi-pulang dari rumah ke kantornya dengan mengayuh sepeda. ”Jarak rumah saya ke kantor sekitar 33 kilometer. Jadi, hampir setiap hari, saya mengayuh sepeda sekitar 66 kilometer. Kalau lagi buru-buru, saya naik sepeda sampai stasiun kereta api, lalu sepeda saya lipat, dan saya naik sepeda lagi dari stasiun ke kantor. Kegiatan ini benar-benar menyehatkan dan membuat tidur malam saya berkualitas, selain menghemat bahan bakar dan menghemat pengeluaran. Kalau tidak bersepeda, justru rasanya badan ini tidak enak,” tutur ibu dari seorang anak ini.

Lalu, bagaimana caranya bila ingin bergabung dengan komunitas ini. ”Ikut saja milis Bike to Work, http://yahoogroups.com/group/b2w-indonesia. Di sana nanti bisa ditanyakan kapan akan kumpul-kumpul lagi, siapa saja teman yang lokasi rumahnya searah, dan sebagainya. Pokoknya semua hal yang berkenaan dengan sepeda bisa ditanyakan di milis ini,” ungkap Lucy.

Bila Anda ingin mulai bersepeda ke tempat kerja, inilah tips dari mereka.
  1. Pelajari rute, persinggahan, tempat parkir, lokasi mandi, dan sebagainya.
  2. Periksa kondisi sepeda, seperti tekanan angin ban, rantai, dan baut-baut.
  3. Bawalah peralatan dan perlengkapan standar, seperti pompa, ban dalam, kunci-kunci, gembok sepeda, air minum, dan perlengkapan P3K.
  4. Kenakan perangkat keselamatan, seperti helm, lampu depan dan belakang, masker, dan sarung tangan.
  5. Kenakan pakaian yang sesuai, seperti kaus, bandana, kacamata, sepatu olahraga, dan siapkan jas hujan.
  6. Siapkan sebelumnya baju ganti, peralatan mandi, dan sebagainya.
  7. Siapkan mental dan fisik, seperti makan pagi secukupnya.

Komunitas 80-an

Anda masih ingat gadis kecil berkepang dua Laura Ingals dalam film seri Little House on the Prairie? Ingatkah Anda ketika berajojing ria di Ebony-Jakarta atau di Studio East-Bandung? Jangan-jangan Anda pernah menaksir Elmo, ya? Hehehe….

Jika Anda ingin mengenang lagi masa-masa manis dekade 1980-an, Anda bisa bergabung dengan Komunitas 80-an. Komunitas ini berdiri sejak tahun 2006, tapi telah memiliki anggota hampir 2.000 orang. “Awalnya, ada yang mem-posting kisah tentang tahun 1980-an di blog saya. Ternyata, postingan itu banyak yang menanggapi. Seru juga kisahnya, tapi masih banyak yang belum dibahas. Akhirnya ada yang mengusulkan untuk membahasnya di blog tersendiri. Saya dan beberapa teman pun kemudian membuat blog 80-an bersama-sama, pada Juli 2005 lalu, karena memang jarang ada blog yang khusus membahas masa-masa 1980-an di Indonesia. Niat kami, selain sebagai ajang mengenang masa-masa indah tahun 1980-an, juga sebagai upaya mendokumentasikan segala hal yang ada dan terjadi pada kurun waktu tersebut,” kata Muhammad Baihaqi alias Q, salah seorang pembuat blog 80-an.

Blog itu pun ramai dikunjungi pengguna internet, sampai-sampai direviu oleh detik.com. ”Setelah reviu itu, pengunjungnya semakin banyak. Tapi, komunitasnya belum terbentuk. Lalu, ada yang mengusulkan untuk bikin milis. Terjadi pro dan kontra, Tapi, akhirnya saya bikin sendiri milis itu, http://groups.yahoo.com/group/lapanpuluhan/, pada 16 Januari 2006,” tutur Q.

Awalnya, milis itu hanya sedikit anggotanya. ”Tapi, setelah diulas berbagai media, anggotanya semakin banyak dan kini anggotanya sudah mencapai 1.800 orang. Anggotanya dari beragam usia, mulai dari yang masih duduk di bangku SMA sampai yang sudah berusia di atas 60 tahun, tapi umumnya adalah kalangan profesional dalam usia produktif. Mereka dari berbagai daerah di Indonesia dan ada juga yang tinggal di luar negeri,” ujar pria berkacamata yang pada tahun 1980-an lebih banyak tinggal di Malang, Jawa Timur, ini.

Sampai sejauh ini, kegiatan mereka memang hanya kumpul-kumpul di berbagai tempat dan melakukan komunikasi via milis dan lewat blog www.lapanpuluhan.multiply.com. ”Untuk merayakan ulang tahun kedua berdirinya komunitas ini, kami pada 15 Maret nanti akan mengadakan acara Aneka Ria 80-an,” kata Q.

Rencananya, komunitas ini juga akan membuat wadah organisatoris yang lebih terstruktur. ”Biar lebih leluasa melangkah dan bikin kegiatan sosial,” ujar Irvan, aktivis komunitas ini.

”Saya merasa senang bergabung dengan komunitas ini. Selain bisa mengenang masa-masa manis manis pada tahun 1980-an, saya juga bisa bertemu dengan teman-teman baru yang mengasyikkan,” tutur Titi Suwondo, konsultan senior di sebuah perusahaan komunikasi. Hal senada juga disampaikan Dhani, pegawai negeri sipil Tegal, Jawa Tengah. ”Lewat komunitas ini, saya mendapatkan teman-teman yang sejiwa, yang pernah sama-sama menikmati masa-masa manis tahun 1980-an,” ungkapnya. Tertarik bergabung? Coba saja klik dulu blog komunitas ini.


Komunitas Penggemar A1 Grand Prix
Tahu kan Anda tentang lomba balap mobil A1 yang diprakarsai Syekh Maktoum Hasher bin Maktoum al-Maktoum dari Uni Emirat Arab? Lomba balap ini mulai diadakan pada tahun 2005 dan diklaim sebagai pesaing utama balap mobil Formula 1 (F1). Namun, kalau dalam F1 yang berlaga di atas roda adalah para pembalap yang tergabung dalam tim yang disponsori oleh perusahaan otomotif, A1 adalah ajang balap dengan membawa bendera negara masing-masing pembalapnya. ”Selain itu, mobil balap single seater yang digunakan para pembalap dalam A1 harus sama jenis dan kapasitas mesinnya. Juga bannya,” ujar Febia Wulandari, 32 tahun, penggila balap mobil yang tergabung dalam komunitas penggemar A1 Grand Prix-Indonesia.

Komunitas ini terbentuk di Indonesia seiring dengan diadakannya lomba balap mobil A1 pada tahun 2005. “Ketika mendengar akan ada balap mobil dunia dengan konsep yang berbeda, yang lebih mengutamakan pertarungan negara lawan negara, dan Indonesia termasuk di dalamnya, beberapa orang yang aktif di milis F1 lalu mengusulkan untuk membuat milis bagi para penggemar balap mobil jenis ini, A1 GP. Maka, saya pun lalu membuat milisnya, http://autos.groups.yahoo.com/group/A1Indonesia/,” tutur Paul Tuanakotta, 37 tahun.

Menurut Paul, karena A1 adalah balap mobil antarnegara, aktivitasnya membuat milis itu dan kemudian membentuk komunitas penggemar A1 Indonesia adalah sebagai upaya membantu menyadarkan masyarakat di Indonesia bahwa ada atlet kita yang ikut dalam ajang tersebut. ”Rasa nasionalisme kami tergugah untuk mendukung pembalap Indonesia di ajang ini. Rasanya lebih seru menonton A1 karena melibatkan rasa kebangsaan kita. Itulah sebabnya balap ini juga disebut sebagai The World Cup of Motorsport,” kata Paul lagi.

Kegiatan komunitas ini, selain menonton acara balap A1 bareng-bareng, juga membantu tim A1 Indonesia untuk melakukan publikasi. “Kami dan manajemen A1 Team Indonesia yang baru sepakat untuk saling dukung, meski tidak ada perjanjian resmi. Karena kedekatan kami dengan dengan tim manajemen itu, anggota komunitas ini pun dijanjikan akan punya kesempatan menonton balap A1 langsung gratis di luar negeri bagi yang beruntung memenangkan undian yang akan diadakan nanti,” ujar Rina Permata Sari Bey, 21 tahun, yang aktif di komunitas ini. Komunitas ini juga sering diundang dalam acara-acara yang diadakan manajemen A1 Team Indonesia.

Sekarang ini, anggota komunitas penggemar A1 GP Indonesia ada sekitar 200 orang, yang berasal dari berbagai kota di Indonesia dan di luar negeri. “Pokoknya, ikut komunitas ini seru. Selain bisa kenal orang-orang di manajemen di A1 Team Indonesia, kami juga bisa ketemu dan ngobrol langsung dengan pembalapnya, Satrio Hermanto,” tutur Febia, yang juga hobi mengoleksi pernak-pernik balap mobil dari berbagai belahan dunia. (Pedje)

No comments:

Post a Comment