Tuesday, October 6, 2009

Saatnya Anda Bangkit

Apa sebenarnya yang menyebabkan motivasi seseorang berkurang? Lalu, bagaimana mengatasinya?


Beberapa tahun belakangan ini muncul banyak motivator dan hampir semuanya memiliki “penggemar” yang tak sedikit. Beragam metode mereka tawarkan sebagai upaya memotivasi orang agar memiliki kehidupan yang lebih baik daripada sebelumnya. Memang, harus diakui, tetap memiliki motivasi yang tinggi merupakan suatu perjuangan. Karena, disadari atau tidak, untuk urusan masa depan, umumnya orang lebih banyak didorong oleh pikiran negatif dan kecemasan—apalagi ketika krisis ekonomi kembali melanda seperti sekarang ini, dalam skala global malah, dan yang “diserang” pertama kali adalah perusahaan-perusahaan raksasa.

“Sebenarnya, tak ada solusi yang sederhana untuk suatu penurunan atau berkurangnya motivasi,” kata seorang pakar motivasi. Meskipun kekurangan motivasi tersebut telah dihalau, masalah akan timbul kembali ketika tanda-tanda awal kesalahan sudah terlihat. Menurut seorang ahli motivasi yang lain lagi, kuncinya adalah memahami pikiran Anda dan bagaimana pikiran-pikiran itu menggerakkan emosi Anda. Dengan mempelajari cara “merawat” pikiran-pikiran yang memotivasi, menetralisasi hal-hal negatif, dan fokus pada tugas yang sedang dikerjakan, Anda dapat menarik diri Anda sendiri dari keterpurukan sebelum momentumnya terjadi.


Lalu, apa sebenarnya yang membuat kita kehilangan motivasi? Dari berbagai seminar dan buku-buku tentang motivasi dapat ditarik kesimpulan besar bahwa setidaknya ada tiga hal yang membuat orang kehilangan motivasi. Yang pertama adalah berkurangnnya rasa percaya diri. Kalau Anda tak yakin akan sukses, lalu apa yang akan Anda coba?

Penyebab kedua adalah terkikisnya fokus. Untuk yang ini, pertanyaannya adalah, jika Anda tidak paham apa yang Anda inginkan, apakah Anda benar-benar menginginkan sesuatu. Adapun penyebab yang ketiga adalah berkurangnya arahan. Jika Anda tidak mengerti apa yang Anda lakukan, bagaimana bisa Anda termotivasi untuk melakukannya?


Namun, dari ketiga penyebab tersebut, berkurangnya rasa percaya diri merupakan pembunuh pertama motivasi. Biasanya ini terjadi karena orang begitu menginginkan sesuatu dan kemudian mengabaikan apa yang mereka miliki. Bila Anda seperti itu, otak Anda akan menciptakan berbagai penjelasan kenapa Anda tidak mendapatkan apa yang Anda inginkan. Ini menimbulkan pikiran-pikiran negatif. Kesalahan-kesalahan di masa lalu, kegagalan yang buruk, dan kelemahan-kelemahan diri Anda mendominasi pikiran Anda. Anda pun akan cemburu melihat pesaing Anda dan mulai membuat berbagai permakluman terhadap kegagalan Anda. Dalam kondisi ini, Anda cenderung membuat suatu kesan yang buruk., melihat hal-hal yang buruk dari orang lain, dan akhirnya benar-benar kehilangan rasa percaya diri.


Bagaimana solusinya? Keluarlah dari pola-pola pemikiran seperti itu dan fokuslah pada sikap yang senantiasa mensyukuri apa yang Anda miliki dan yang Anda dapat. Senantiasalah fokus pada hal-hal positif dalam hidup Anda. Terdengar klise? Ya, tapi cara ini telah dirasakan kemujarabannya oleh begitu banyak orang.


Cobalah buat suatu daftar mental yang memuat kekuatan dan kelebihan Anda, sukses pada masa lalu, dan keunggulan-keunggulan Anda di masa kini. Karena, sudah menjadi sifat kebanyakan manusia, kita cenderung melupakan kekuatan kita dan betah mendekam dalam berbagai kesalahan. Dengan membuat suatu dukungan untuk rasa syukur seperti itu, Anda akan menyadari bahwa Anda adalah orang sungguh berkompeten dan siap menuai sukses.


Cara ini akan memulihkan rasa percaya diri Anda dan memberikan Anda motivasi untuk membangun kesuksesan sekarang. Ketika Anda benar-benar percaya bahwa Anda bisa berhasil, pikiran Anda akan membuka jalan untuk mencapainya.


Sementara itu, penyebab yang kedua, berkurangnya fokus diri, terjadi karena kita umumnya memang berpikir dalam kerangka rasa takut. Kita takut miskin, takut tidak dihormati orang lain, takut sendiri, dan sebagainya. Masalah dari cara berpikir seperti ini adalah ketakutan itu sendiri sebenarnya bukan sesuatu yang mudah terjadi. Dan, semakin kita sibuk dengan rasa takut semakin keringlah lahan motivasi dalam diri kita.


Jika Anda terperangkap pada kerangka pikiran yang seperti itu, langkah pertama yang sebaiknya Anda lakukan adalah dengan memfokuskan energi pada sutau tujuan yang telah ditentukan dengan baik. Dengan menentukan suatu tujuan, Anda otomatis akan menentukan seperangkat aksi yang akan dijalankan. Misalnya, jika Anda mengalami takut miskin, ciptakanlah suatu rencana untuk menambah penghasilan Anda. Kuncinya adalah berpindah dari hasrat yang tidak jelas ke hal-hal yang lebih konkret, dengan langkah-langkah yang terukur.


Daripada terjebak dalam ketakutan yang tidak jelas, dengan memfokuskan pikiran pada suatu tujuan positif berarti Anda telah membuat otak Anda bekerja. Cara ini dengan cepat akan mengalihkan pikiran Anda untuk membuat sebuah rencana dalam mencapai keberhasilan. Inilah langkah pertama yang akan memotivasi diri Anda untuk melakukan aksi. Ketika Anda mengerti apa yang Anda inginkan, Anda menjadi termotivasi untuk melakukan aksi.


Kepingan terakhir dari puzzle motivasional adalah arahan. Jika fokus artinya kita memiliki suatu tujuan tertentu yang jelas, arahan maksudnya adalah kita memiliki suatu strategi dari hari ke hari untuk mencapai tujuan kita. Kurangnya arahan akan membunuh motivasi karena, tanpa aksi selanjutnya yang tidak jelas, kita akan menyerah dan menangguhkan apa yang akan kita lakukan. Misalnya, ada orang masuk ke Facebook dengan niat untuk menambah teman baru, tapi kemudian lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkutat dengan teman-teman lamanya saja.


Kunci untuk menemukan arahan adalah dengan mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang mendatangkan kesuksesan. Dalam setiap tujuan ada aktivitas-aktivitas yang mendatangkan hasil dan ada juga yang tidak. Buatlah suatu daftar untuk seluruh aktivitas dan atur sesuai dengan hasilnya. Lalu, buatlah suatu rencana aksi yang berfokus pada aktivitas-aktivitas yang menggiring pada hasil yang besar. Dan, tetap berada di jalur itu merupakan tugas yang paling penting bagi Anda, yang akan mengarahkan energi Anda untuk mencapai kesuksesan.


Yang juga tak boleh dilupakan adalah memperhitungkan faktor emosi pada hilangnya motivasi. Banyak orang yang begitu antusias melakukan sesuatu yang baru namun kemudian motivasinya meredup dengan cepat. Kalau sudah begitu, apa yang harus kita lakukan?


Kunci untuk memanfaatkan emosi adalah dengan memahaminya. Pola alami dari emosi itu seperti puncak dan lembah. Ketika kita memulai suatu proyek baru, kita dirasuki sikap optimisme yang luar biasa. Yang kita pikirkan hanya keuntungannya belaka, tanpa memerhatikan kesulitan yang ada di dalamnya. Inilah bagian puncak dari emosi kita. Kita merasakan euforia dan seakan tak ada siapa pun atau apa pun yang dapat menghentikan kita.


Namun, tak ada pesta yang tak usai. Energi yang begitu banyak Anda habiskan pada saat puncak itu akan membuat Anda merasa sangat lelah. Seberapa pun tingginya Anda memulai, Anda pasti akan jatuh ke tempat yang rendah. Dan, ini akan menyebabkan hilangnya rasa percaya diri. Kombinasi dari rasa penat, hasil yang tak memuaskan, dan kesadaran bahwa akan muncul kesukaran membuat kita akhirnya ingin menyerah.


Lalu, apa yang harus kita lakukan agar hal itu tak terjadi? Secara alami, emosi akan kehilangan kekuatannya bila kita memahaminya. Cobalah buktikan sendiri. Misalnya, ketika Anda sedang marah, luangkan waktu sebentar untuk merefleksikan alasan di balik emosi marah itu. Kalau Anda sudah tahu alasannya, kemungkinan besar marah Anda itu akan segera hilang.


Teknik yang sama bisa Anda terapkan ketika Anda merasakan kehilangan motivasi. Cobalah dipikirkan kembali apa sebabnya dan lakukan analisis. Apakah karena Anda lelah, kehabisan tenaga, kecewa dengan hasil yang Anda dapat? Apakah semua perasaan itu beralasan atau tercipta dari suatu titik rendah dalam spektrum emosional? Jawabannya hanya Anda yang tahu. Yang pasti, kini bukannya saatnya lagi bagi Anda untuk terus-menerus membiarkan motivasi yang terkikis dari waktu ke waktu. Kini saatnya Anda bangkit. Yakinlah Anda pasti bisa! (Pedje)

No comments:

Post a Comment