Monday, October 19, 2009

Ada 9 Matahari di Kembang Goela

eve's Book Club pada Februari lalu membicarakan novel pertama karya Adenita, 9 Matahari. Seru.


Jakarta boleh mendung dengan angin yang bertiup lumayan kencang pada 17 Februari 2009 lalu. Namun, di Restoran Kembang Goela, Plaza Sentral, Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, diskusi buku yang digelar eve's Book Club tetap berlangsung seru. Yang dibicarakan adalah novel 9 Matahari karya Adenita, yang diterbitkan oleh Grasindo. Tentu saja, Adenita-nya hadir, meski ia tinggal di Bandung. Dan, peserta diskusi buku kali ini pun lebih banyak daripada bulan sebelumnya. Selain pembaca eve yang kami undang, finalis Face of eve, dan komunitas Membahas Buku yang menjadi mitra kami dalam menyelenggarakan acara ini, hadir pula dua orang dari komunitas Good Reads Indonesia dan beberapa orang perwakilan dari penerbit Grasindo. Ada juga seorang penulis novel best-seller yang hadir, Kinoysan. Pemandu acaranya sendiri masih Nova Riyanti Yusuf, seorang penulis yang juga seorang dokter.

“Ini adalah kali pertama saya di Jakarta untuk bedah buku. Saya diundang eve lagi, senang banget dan suatu kehormatan banget. Apalagi, moderatornya Mbak Nova,” ujar Adenita membuka pembicaraan.

Kami membahas novel 9 Matahari bukan tanpa alasan. Meski karya pertama dan ada kekurangan di sana-sini, novel ini hanya dalam waktu sekitar sebulan telah mengalami cetak ulang. Dari sini saja sebenarnya bisa diduga bahwa ada sesuatu yang menarik di dalamnya, sehingga banyak orang yang rela membuka dompet untuk membelinya. Apalagi, usia penulisnya juga masih relatif muda, sehingga patut diberi dukungan, dengan harapan menjadi lebih produktif dan akan menghasilkan karya-karya yang lebih baik di masa mendatang.

Memang, banyak kritikus sastra menghindari diri untuk membicarakan karya pertama dari seorang penulis. Alasan mereka, jika karya itu bagus dan kemudian banyak mendapat pujian, dikhawatirkan penulisnya menjadi terbebani untuk menghasilkan karya yang lebih baik daripada karya sebelumnya. Akibatnya, sang penulis menjadi takut untuk berkarya. Begitu pula jika karyanya mendapat cercaan, dikhawatirkan sang penulis menjadi frustrasi sehingga enggan menciptakan karya lagi.

Namun, kami mencoba tak begitu mengindahkan hal itu. Karena, dalam eve's Book Club, pembicaraan tentang suatu karya tidak diarahkan bak di ruang pengadilan. Tapi, kami mencoba mengajak peserta berikut penulisnya (kalau memang ada) untuk bersama-sama berbagi penafsiran dan pemaknaan. Walau pemaknaan oleh peserta tidak harus selalu sejalan dengan makna niatan dari penulisnya, pembicaraan yang berlangsung tetap diupayakan sebagai ajang memperluas wawasan kesastraan bagi masing-masing peserta.

Isi novel 9 Matahari sendiri bagi kami berpotensi untuk mengalirkan inspirasi bagi pembacanya. Kisahnya mengenai seorang anak perempuan yang punya keinginan kuat untuk kuliah lagi, meski orang tuanya tidak mampu. Namanya Matari. Ia tinggal di sebuah perkampungan padat di Jakarta. Dan, dengan penuh perjuangan, Matari mencoba mewujudkan impiannya itu. “Sebenarnya, saya sudah ingin sekali membuat novel ini sejak tahun 2003. Tapi, ternyata, saya banyak sekali mengalami kesulitan masalah waktu. Novel ini sendiri awalnya adalah kepingan-kepingan tulisan, yang tadinya saya enggak tahu mau saya apakan tulisan-tulisan itu,” tutur Adenita.

Mungkin karena itulah, menurut Lita dari Good Reads Indonesia, ada beberapa komentar di situs Good Reads Indonesia yang merasa "tak nyaman" dengan cara bertutur novel pertama Adenita tersebut. “Bagi saya mungkin Adenita perlu meluweskan sedikit gaya bertuturnya agar lebih user friendly. Ada kesepahaman antara review tersebut dengan yang saya baca, mungkin karena dia menulisnya sepotong-potong, jadi seperti bercerita kepada diri sendiri awalnya. Tapi, para penulis komentar di Good Reads Indonesia sangat menyukai motivasi-motivasi yang diceritakan,” ujar Lita.

Adenita sendiri memang meniatkan bukunya ini sebagai karya fiksi yang diharapkan dapat memotivasi pembacanya agar tidak mudah menyerah, terutama kaum mahasiswa. “Saya bingung ketika suatu hari melihat suasana suasana kampus yang begitu lesu. Aduh, teman-teman di kampus ini sudah asyik banget leluasa berkuliah, sudah dapat support dari orang tua, tapi kok kuliah aja malas. Saya gemas. Sementara itu, saya juga melihat suatu realitas sosial bahwa ada teman-teman saya, yang katakanlah ekonominya menengah ke bawah, begitu luar biasa, bekerja keras dan semangat sekali buat menimba ilmunya. Tapi, kok, justru orang-orang yang di-support secara materi ini antara niat-enggak niat kuliahnya. Saya menjadi terusik,” ungkap Adenita.

Anya dari Komunitas Membahas Buku menilai novel 9 Matahari seperti buku how to, tapi tanpa menggurui. “Buku ini menarik, menyinggung soft skill yang benar-benar buat anak-anak muda, yang penting sekali,” ujar Anya, putri dari sastrawan Asrul Sani.

Teman Anya dari Membahas Buku, Lilis, punya pandangan hampir sama. Menurut Lilis, meski ada kejanggalan, isi novel karya Adenita dapat memberikan motivasi bagi pembacanya. “Motivasinya bagus sekali. Saya menjadi ingin tahu, apakah kisah dalam novel ini merupakan pengalaman pribadi penulisnya?” ujar Lilis.

Menurut Adenita, kisah yang ada dalam novelnya bukanlah pengalaman pribadinya. “Tapi, memang, kisahnya terinspirasi dari apa pernah saya lihat kejadiannya, yang dekat sekali dengan saya. Adapun unsur-unsur yang dekatnya itu misalnya dunia penyiaran, itu memang saya ambil dari background saya. Yang pasti, semua cerita ini adalah kepingan dan kumpulan inspirasi selama saya kuliah dan apa yang saya lihat di sana,” tutur Adenita.

Pada akhirnya, karya sastra memang hasil ramuan dari pengalaman pribadi penulisnya ditambah dengan pengalaman orang lain yang dihayati oleh penulisnya. Dan, hasil ramuan itu membentuk suatu realitas sendiri, yang tidak selalu memiliki kesejajaran dengan realitas keseharian. Karena itu, keberhasilan suatu karya sastra seyogianya tidaklah dilihat dari kemiripannya dengan realitas keseharian, tapi seberapa kuat karya itu dapat mendatangkan inspirasi bagi pembacanya, bukan sekadar hiburan yang hanya mendatangkan kesenangan sesaat dan setelah itu terlupakan.

Seperti acara-acara eve yang lain, peserta diskusi buku kali ini masing-masing juga mendapat goody bag, yang berisi produk StriVectin-SD, voucher untuk pembelian produk, StriVectin-SD, voucher dari Restoran Kembang Goela, dan majalah eve. Jauh-jauh hari sebelumnya, para peserta juga telah mendapat kiriman novel 9 Matahari dari penerbit Grasindo. Asyik, bukan? (Pedje)

2 comments:

  1. terima kasih telah menautkan blog saya dilink blog hijau ini. saya pasti link balik di ruang sisa. ohya, laporan ekspedisi yang baru, baru saja saya publish. selamat membaca.

    ReplyDelete
  2. Sama-sama. Salam kenal.

    ReplyDelete