Monday, November 2, 2009

5 Ciri Pecandu Belanja

Mungkin, Anda memiliki kelima ciri itu. Tapi, semoga saja tidak.


Bagi sebagian orang, berbelanja hanya kegiatan waktu luang untuk membeli berbagai kebutuhan. Namun, bagi sebagian orang lagi, kegiatan berbelanja bisa berubah menjadi candu yang dapat membahayakan keuangannya atau pengaturan keuangan keluarganya. “Seseorang dikatakan memiliki kecenderungan berbelanja secara kompulsif dan boros bila ia sudah bersikap tidak pantas atau tidak tepat dalam berbelanja, eksesif, dan tidak terkontrol. Seperti pada kecanduan lain, kecenderungan ini pada dasarnya dilakukan dengan mengikuti nafsu yang susah dikendalikan. Di Amerika, berbelanja sendiri sudah menjadi budaya kami; jadi sering nafsu itu muncul sebagai kebiasaan berbelanja yang eksesif, berlebihan, ” kata Donald Black, M.D., profesor psikiatri pada University of Iowa College of Medicine.

Kadang, kebiasaan ini disebut juga sebagai shopacholism, kecanduan berbelanja yang dapat mengacaukan kehidupan seseorang, keluarga, dan keuangan. “Tak seorang pun tahu apa penyebab dari perilaku kecanduan. Beberapa bukti baru mengungkapkan bahwa beberapa orang, sekitar 10 sampai 15 persen, mungkin memiliki sebuah kecenderungan genetis untuk menjadi seorang pecandu, yang kemudian muncul karena dipicu oleh lingkungan sekitarnya. Tapi, tak seorang pun yang benar-benar tahu alasan pastinya,” ujar Ruth Engs, Ed.D., seorang profesor sains kesehatan di Indiana University.

Lalu, apa saja tanda yang menunjukkan bahwa seseorang sudah kecanduan berbelanja? “Ada beberapa persamaan umum di antara orang yang kecanduan berbelanja dengan kecanduan yang lain. Misalnya, kalau pecandu alkohol akan menyembunyikan botol minuman mereka, orang yang kecanduan belanja akan menyembunyikan barang-barang yang mereka beli,” ungkap Engs. Berikut beberapa ciri yang dapat menunjukkan bahwa seseorang telah menjadi pecandu belanja—dan semoga Anda tidak memiliki satu pun dari ciri-ciri ini.

  • Mengeluarkan uang melebihi anggaran.
  • Kompulsif, misalnya awalnya hanya ingin membeli sepasang sepatu, tapi kemudian menjadi membeli sepuluh pasang sepatu.
  • Belanja menjadi problem yang kronis. “Kecanduan berbelanja adalah sebuah masalah yang berkelanjutan, dilakukan lebih dua atau tiga bulan dalam setahun,” ungkap Engs.
  • Menyembunyikan masalah. “Shopaholics akan menyembunyikan apa yang mereka beli karena tidak ingin orang lain mengetahui dan mengkritik mereka. Mereka mungkin juga memiliki kartu kredit yang tak diketahui orang lain. Dan, ini juga terjadi pada banyak perempuan yang telah bersuami, sehingga tiba-tiba sang suami harus menanggung tagihan kreditnya yang besar, yang tak jarang membawa mereka pada perceraian,” tutur Engs.
  • Menjadi lingkaran setan. “Beberapa orang akan kembali berbelanja karena mereka merasa bersalah dan perasaan bersalah itu dapat menjadi pemicu bagi dirinya untuk berbelanja gila-gilaan lagi. Jadi, ini menjadi lingkaran setan,” ungkap Engs.
Tentu saja, jika Anda memiliki sebagian besar dari ciri-ciri itu, Anda sebaiknya segera berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk menangani masalah ini. Seiring dengan itu, mulailah mengakui bahwa Anda adalah orang yang kompulsif dalam berbelanja. Pengakuan ini merupakan bagian dari terapi untuk melawan kecanduan berbelanja. Selain itu, singkirkan segera buku cek dan kartu kredit dari tas, dompet, dan ruangan yang biasa Anda datangi. Juga, jangan pernah lagi berbelanja seorang sendiri, karena perilaku kompulsif biasanya muncul ketika Anda sedang berbelanja seorang sendiri. Langkah lain yang sebaiknya dilalukan untuk mengatasi kecanduan Anda adalah mencari kegiatan positif untuk mengisi waktu luang Anda, misalnya kursus melukis atau melakukan aktivitas sosial untuk membantu orang yang kurang beruntung. Anda pasti bisa! (Pedje)

No comments:

Post a Comment