Wednesday, November 11, 2009

Jangan Simpan Kemarahan Anda!

Kata seorang pakar, kemarahan pada dasarnya adalah suatu energi. Karena itu, gunakan energi tersebut untuk sesuatu yang baik, bukan untuk yang merusak


Kalau tiba-tiba ada pengendara mobil atau sepeda motor yang memotong jalan seenaknya yang dapat mengancam keselamatan kita, kita pasti marah. Begitu pula bila anak perempuan Anda yang masih remaja berteriak dengan keras bahwa dia membenci Anda dan mengatakan Anda adalah ibu yang tak bisa diandalkan, Anda pasti marah. Karena, Anda merasa integritas, rasa percaya diri, dan kebanggaan Anda sedang terancam. Begitulah. Kita terancam, maka kita pun marah. “Marah memang sebuah reaksi biologis terhadap ancaman, baik ancaman fisik, emosional, psikologis, maupun mental,” kata Marlo J. Archer, Ph.D, psikolog yang mengelola situs www.drmarlo.com.

Kalau memang begitu, kenapa pula ada manajemen kemarahan? Jika kemarahan hanyalah sebuah reaksi biologis terhadap ancaman, tidak bisakah kita marah saja dan setiap orang harus menerimanya dengan lapang dada? Kenapa setiap orang mencoba memaksa kita mengatur kemarahan kita?

Sebenarnya, kata Archer, jika kita hanya marah, ya, tidak akan mendatangkan masalah. “Tak seorang pun akan peduli jika Anda marah. Apa yang Anda lakukan dengan kemarahan Andalah yang dapat mendatangkan masalah,” ungkapnya. Misalnya ada rekan kerja Anda yang membuat Anda marah karena membuat pekerjaan Anda jadi bertumpuk dan Anda melampiaskan kemarahan Anda dengan memaki-maki dirinya di depan orang banyak, maka konflik pun sangat sulit untuk diredam.

Jadi, kemarahan memang harus dikontrol, kalau kita tak ingin memicu masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri. “Pada dasarnya, kemarahan adalah suatu energi. Murni, bersih, kuat, aman, gratis. Karena itu, gunakan energi itu untuk sesuatu yang baik, bukan untuk yang merusak,” kata Archer.

Misalnya, jika di jalan Anda sangat marah karena ada pengemudi ugal-ugalan yang hampir mencelakakan Anda, tahanlah kemarahan Anda. Toh, Anda masih hidup. Pikirkanlah itu. Lalu, pikirkan juga pekerjaan apa yang selama ini belum Anda kerjakan. Jadikan energi kemarahan itu sebagai motivasi untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah tertunda sekian lama.

Intinya, lakukanlah hal yang positif segera begitu energi marah sedang membakar Anda. Dan, itu bukan sesuatu yang dapat berlangsung lama. Karenanya, jangan ditunda lagi. Anda harus bergerak cepat, memanfaatkan energi marah Anda untuk hal-hal yang produktif daripada akhirnya energi itu menggiring Anda ke arah kekacauan.

Anda memang tidak akan merasa lebih nyaman atau lebih baik ketika melakukan pekerjaan itu. Karena, Anda melakukannya dalam kondisi marah. Tapi, toh, Anda pada akhirnya juga akan menyelesaikan pekerjaan dengan baik, yang sebelumnya hampir dipastikan tidak akan pernah Anda selesaikan dengan cepat tanpa adanya energi tambahan. Jadi, ketika Anda marah, segeralah berpikir: “Apa yang dapat saya lakukan dengan kemarahan ini? Di mana dapat saya tumpahkan energi marah ini? Hal positif apa yang dapat saya lakukan dengan kemarahan ini?” Setelah itu, segeralah bergerak untuk mengerjakannya.

Jangan simpan energi marah Anda. Karena, menurut sebuah penelitian, menyimpan kemarahan akan berakibat buruk bagi kesehatan jantung Anda. Orang yang sering menyimpan kemarahannya, menurut penelitian tersebut, berisiko terkena serangan jantung tiga kali lebih tinggi ketimbang orang yang dapat segera meredakan kemarahannya. (Pedje)

No comments:

Post a Comment