Nari Asmiati, 42 tahun, Pengusaha
Hampir Seluruh Dunia Pernah Dijelajahi
Bagi Anda yang gemar jalan-jalan atau bertualang dapat dipastikan rasa iri Anda akan memerah kalau mendengar kisah perjalanan Nari Asmiati. Bayangkan saja. Perempuan yang satu ini jalan-jalan bisa lebih dari tiga kali dalam setahun—benar-benar jalan-jalan, bukan urusan bisnis atau pekerjaan. Dan hampir seluruh belahan bumi ini pernah ia jelajahi, mulai dari kampung halamannya di Yogya sampai ke Alaska, mulai dari Bajawa di Nusa Tenggara Timur sampai Praha di Eropa Timur. “Saya dan suami juga sudah mendaftar menjadi peserta tur ke Antartika, Kutub Selatan, dan kami sudah masuk dalam daftar tunggu. Dari mulai mendaftar sampai bisa berangkat ke sana mungkin dibutuhkan waktu sepuluh tahun. Tapi, kami sudah melakukan latihan persiapannya di Selandia Baru beberapa waktu lalu,” ujar Istri dari Ian Wedding ini.
Nari mengaku, sejak masih duduk di SMA, dirinya memang gemar jalan-jalan dan bertualang. “Tapi, karena masa liburan anak SMA terbatas dan belum punya penghasilan sendiri, ya, jalan-jalannya masih yang dekat-dekat. Waktu SMA, di Yogya, saya pernah menjelajah Bali sendiri. Saya memang lebih suka jalan sendiri ketimbang beramai-ramai,” ujar sarjana sastra dan sarjana seni tari ini. Nari mulai melebarkan langkahnya ketika ia sudah kuliah dan punya penghasilan sendiri dari pekerjaannya sebagai guru privat bahasa Indonesia untuk orang asing. “Saya mulai kuliah di Jurusan Sastra Indonesia Universitas Indonesia tahun 1985 dan beberapa waktu kemudian mulai mencari penghasilan sendiri dengan memberi les privat bahasa Indonesia ke orang asing. Hasilnya saya tabung, sehingga pada tahun 1987 saya bisa jalan-jalan keliling Eropa Barat selama 40 hari, seorang diri,” kata perempuan kelahiran 10 Oktober ini.
Itulah pengalaman pertama Nari jalan-jalan ke luar negeri. Ia menjelajahi Eropa Barat seorang diri dan dengan dana yang bisa dibilang pas-pasan. Juga tak ada kenalan atau kerabat di Eropa sana. “Pegangan saya adalah buku Lonely Planet, karena ketika itu saya belum kenal Internet. Buku ini semacam Bibel bagi para backpackers seperti saya pada masa itu,” ujar penyuka makanan Vietnam ini.
“Kegilaan” Nari untuk menjelajah berbagai belahan dunia ternyata tak berhenti meski ia kemudian menikah. “Suami saya ternyata doyan jalan-jalan juga. Meskipun begitu, saya masih sering juga jalan-jalan sendiri, terutama bila suami saya sedang ada pekerjaan yang tak bisa ditinggal. Saya pribadi sangat terbantu dengan kemajuan teknologi komunikasi sekarang ini. Karena, meski saya sedang jalan-jalan, saya masih bisa mengontrol Rumah Indonesia lewat telepon selular atau Internet. Rumah Indonesia adalah lembaga pendidikan bahasa dan budaya Indonesia bagi orang asing, yang saya dirikan tahun 1992. Di Jakarta ada dua dan di Yogya satu,” tutur Nari, yang ketika eve wawancarai baru pulang dari Praha bersama suaminya.
Rencananya, September nanti, ia dan suami juga akan ke Uluru (Ice Rock), Australia. “Saya memang belum pernah ke sana, meski suami saya orang Australia. Kami juga sudah merencanakan untuk menyambut tahun baru 2008 di New York,” kata perempuan yang gemar menonton pertunjukan teater ini.
Perencanaan perjalanan dari jauh-jauh hari memang diperlukan agar perjalanan sesuai harapan, setidaknya mendekati harapan. “Selain itu, perencanaan dari jauh-jauh hari juga bisa menghemat pengeluaran, terutama bagi para backpackers,” kata Nari, yang kini lebih sering meninggalkan ranselnya di rumah bila melalukan traveling—diganti koper, karena sudah punya penghasilan yang cukup untuk menginap di hotel mewah bila sedang traveling. Berikut tips perjalanan dari Nari, terutama bagi Anda yang ingin coba-coba merasakan bertualang menjelajah dunia dengan ransel di punggung.
- Tentukan ke mana saja Anda akan pergi dan cari informasi tentang tempat itu selengkap mungkin.
- Pelajari berbagai rute pesawat yang menuju tempat-tempat yang akan Anda kunjungi, bila Anda ingin pergi menggunakan pesawat.
- Cari agen perjalanan yang profesional dan pesan tiket pesawat terlebih dulu jauh-jauh hari.
- Catat nomor hotline maskapai penerbangan yang akan Anda gunakan dan cari tahu alamat perwakilannya di tempat yang Anda akan tuju.
- Anda juga harus tahu di mana akan menginap. “Reservasi dulu, terutama kalau waktunya bertepatan dengan masa liburan atau peak season. Apalagi, sekarang ini, semakin banyak saja orang yang keranjingan traveling.”
- Beli asuransi perjalanan dari perusahaan asuransi yang terpercaya, untuk pengalihan risiko. “Karena, kita kan tidak tahu kapan datangnya musibah. Waktu saya di Praha beberapa waktu lalu, ada angin ribut dan merobohkan papan iklan di jalan, yang membuat saya sedikit terluka. Coba bagaimana kalau sampai harus dirawat berhari-hari di rumah sakit? Kalau kita punya asuransi kan biayanya akan ditanggung perusahaan asuransi. Untuk kasus papan iklan itu sendiri, saya menuntut perusahaan pemasang iklan tersebut. Saya memenangkan perkara dan mendapat ganti rugi US$3.200, padahal saya terluka sedikit di tangan. Sidangnya pun tak sampai setengah jam.”
- Cari tahu alamat Kedutaan Besar atau Konsulat Jenderal Indonesia di negara tujuan untuk jaga-jaga bila Anda mengalami kesulitan di luar negeri.
- Bawa obat-obatan pribadi yang biasa Anda butuhkan.
- Jangan menaruh barang berharga atau uang di dalam bagasi.
- Jangan pernah mau dititipkan apa pun oleh orang lain, termasuk oleh orang yang Anda kenal.
Sebulan Bisa Tiga Kali Jalan-Jalan
“Saya memang kecanduan jalan-jalan, mungkin sudah stadium 4, ha-ha-ha…. Setiap bulan saya pasti traveling, karena menurut saya kegiatan ini banyak positifnya. Kadang sebulan bisa tiga kali,” ujar Yeyen, Marketing Manager PT Kelola Jasa Artha, anak perusahaan Bank Indonesia.
Hobinya ini—atau mungkin kebutuhannya—tak terlepas dari kebiasaan sang ayah yang suka mengajak anak-anaknya berjalan-jalan bila sedang liburan sekolah. “Papa memang suka jalan-jalan. Kalau lagi liburan panjang, Papa mengajak seluruh keluarga untuk jalan-jalan ke luar kota. Jawa dan Bali, kami sudah khatam, ha-ha-ha…. Justru ketika SMA dan kuliah, saya jarang jalan-jalan ke luar kota karena lebih banyak jalan sama teman-teman di Jakarta,” ujar sarjana ekonomi lulusan Universitas Indonesia ini.
Setelah bekerja dan punya penghasilan sendiri, Yeyen pun kembali melakukan traveling ke luar kota dan bahkan ke luar negeri. “Tapi, hobi jalan-jalan saya semakin menggila ketika saya bertemu dengan teman-teman mailing list Nature Trekker Indonesia, NaTrekk. Kami jadi sering jalan-jalan bareng. Indonesia sudah hampir seluruhnya saya jelajahi, yang belum hanya Papua. Saya sendiri lebih menyukai jalan-jalan yang beratmosfer petualangan dan saya sepertinya terlahir sebagai anak laut, karena saya begitu mencintai laut, meski senang juga dengan gunung, sungai, dan bagian alam lainnya,” ungkap lajang kelahiran 24 Mei 1976 ini.
Biasanya, kalau akhir minggu, Yeyen akan jalan-jalan ke berbagai tempat di seputar Jakarta, seperti Bogor dan Banten. “Tapi, beberapa waktu lalu, saya dan teman-teman pergi ke Gunung Galunggung, Jawa Barat. Pergi Sabtu, Minggu malam sudah kembali lagi ke Jakarta. Kalau long weekend atau saya mengambil cuti baru saya pergi ke daerah yang lumayan jauh. Saya pernah ke Maluku dan juga pernah ke Gunung Sibayak, rafting di Sungai Asahan, dan kemudian bersepeda di Bukit Barisan,” ujar perempuan yang juga sedang merintis usaha sendiri ini.
Biarpun sudah punya banyak teman yang memiliki kegemaran yang sama, Yeyen masih suka jalan bareng orang tuanya, terutama dengan papanya. “Pernah, ketika ada acara keluarga di Pontianak, November tahun lalu, saya dan Papa kemudian melanjutkan perjalanan ke Kuching, Malaysia. Berdua saja. Kami juga pernah berkeliling Sumatra Barat berdua,” ujar perempuan yang merayakan ulang tahunnya pada Mei lalu di puncak Gunung Gede, Jawa Barat, ini.
Bila Anda tertarik untuk mengikuti jejak Yeyen, Anda bisa gabung dengan komunitas Nature Trekker Indonesia (www.nature-trekker-indonesia.com). Anda juga bisa melihat-lihat selayang pandang rekaman perjalanan Yeyen di http://yenceu.multiply.com/profile. Berikut tips dari Yeyen bagi Anda yang ingin mencoba bertualang menikmati keindahan alam.
- Biasakan makan dan berolahraga secara teratur agar badan kita selalu bugar dan tak mudah sakit. Karena, jalan-jalan seperti ini menuntut kondisi fisik yang prima.
- Selalu berpikir positif, sehingga tetap tenang jika mengalami suatu kejadian yang tak diharapkan.
- Sebelum memulai perjalanan, buatlah jadwal rangkaian kegiatan, yang mengarahkan kita pada apa yang akan capai dalam perjalanan. Dan cari info selengkap-lengkapnya mengenai tempat yang akan kita tuju.
- Selalu bawa obat-obatan pribadi dan perlengkapan untuk kegiatan luar ruang, seperti jaket dan kantung tidur.
Cinta Kota Tua
Pekerjaan yang menuntut ayahnya untuk sering berpindah ke berbagai kota dan negeri ternyata membuat perempuan yang akrab dipanggil Didi ini jadi senang sekali jalan-jalan sejak kecil. “Tapi, sejak beberapa tahun lalu, saya lebih suka jalan-jalan menyusuri berbagai kota tua di berbagai daerah dan melihat tempat-tempat bersejarah,” ujar Secretary to General Manager Petronas Carigali Indonesia ini.
Namun, kecintaannya terhadap kota tua, museum, dan berbagai tempat bersejarah di dalam dan luar negeri justru dipicu oleh kegiatan adiknya, Ade Purnama atau biasa dipanggil Adep. “Dia adik bungsu saya dan dia memang sangat senang sejarah. Pada tahun 2002, dia mengikuti program wisata kampung tua yang diselenggarakan pihak Museum Sejarah Jakarta, yang hanya diikuti oleh 20 orang. Lalu, ia punya ide untuk membuat komunitas yang peduli pada museum, sehingga dibentuklah komunitas Sahabat Museum, yang kini telah menjadi yayasan nirlaba,” ujar lajang pemegang gelar diploma Sastra Belanda dari Universitas Indonesia ini.
Sang adik dan komunitasnya lalu mulai merancang kegiatan untuk menelusuri kota tua Jakarta. “Kegiatan pertamanya tahun 2003 dan saya diminta Adep untuk ikut menjadi relawan. Ternyata peminatnya banyak sekali, sampai 500 orang. Sejak itulah saya menjadi keranjingan jalan-jalan menyusuri kota tua Jakarta dan berbagai daerah lain di Indonesia. Apalagi, latar belakang pendidikan saya yang Sastra Belanda membuat saya relatif mudah memahami berbagai peninggalan sejarah dari masa penjajahan Belanda. Saya takjub dengan peninggalan masa lampau,” kata Didi.
Dalam setahun, Didi bisa tiga kali ikut kegiatan Sahabat Museum, yang mereka namakan ‘Plesiran Tempo Doeloe’. Pada tahun 2007 ini saja, yang masih sangat jauh menuju akhir tahunnya, Didi sudah empat kali melakukan pelesiran: bulan Januari menyusuri jejak Batavia abad ke-19, bulan Maret menengok berbagai gudang peninggalan VOC serta pergi menjelajahi kota tua Padang dan Sawahlunto, dan pada bulan April-nya ikut kegiatan “malem-malem di museum”. “Komunitas ini memang rutin bikin kegiatan, setidaknya sebulan sekali. Sejak 2003 sampai sekarang sudah mengadakan 40 kegiatan atau perjalanan dan hampir seluruhnya saya ikuti. Dan, karena tidak mengambil keuntungan dari kegiatan ini, biaya yang harus dikeluarkan untuk ikut dalam kegiatannya pun relatif murah. Kalau hanya di dalam kota, maksudnya Jakarta, paling-paling biaya untuk setiap peserta hanya Rp30 ribu,” tutur pemilik blog http://deedeecaniago.multiply.com ini. Menurut Didi, di Indonesia banyak sekali situs sejarah, kota tua, dan bangunan-bangunan peninggalan masa lampau yang menarik untuk dikunjungi. “Sejarahnya juga menarik,” ujar Didi, yang mengaku beberapa kali mengalami peristiwa aneh ketika sedang mengunjungi bangunan tua, seperti melihat hantu dan munculnya sosok makhluk lain di layar kamera digitalnya.
Sayangnya, tambah Didi, banyak bangunan tua dan museum di Indonesia yang kurang terawat, kusam, sehingga kesannya menyeramkan. “Padahal, koleksinya luar biasa, seperti Museum Nasional atau Museum Gajah. Selain itu, kadang, birokrasi perizinannya tak jelas, yang menyulitkan orang-orang yang tergabung dalam rombongan untuk berkunjung,” ujar perempuan yang sangat terkesan dengan situs-situs bersejarah di Makassar ini. (Pedje)
No comments:
Post a Comment