Friday, November 6, 2009

Latihlah Kemampuan Mendengar Anda

Saling pengertian yang dibangun dari upaya mendengarkan dengan sungguh-sungguh merupakan hal esensial agar suatu hubungan dapat berkembang. “


Berbicara itu merupakan hal yang mudah. Justru, tantangan sebenarnya dari banyak pasangan adalah pada soal mendengarkan,” ujar Dr. Richard Nicastro, psikolog masalah perkawinan terkemuka dari Amerika Serikat, pendiri LifeTalk Coaching (www.strengthenyourrelationship.com). Kita semua, ungkap Nicastro, pada dasarnya menginginkan pasangan kita dapat mendengarkan apa yang kita ungkapkan dengan lebih baik. Maksudnya, bukan hanya mendengar apa yang diucapkan, tapi apa yang tersirat di balik kata-kata: kebutuhan, hasrat, dan ketakutan yang tak bisa diungkapkan secara verbal. Dengan begitu, pasangan pun akan merasa dipahami, dihargai, dan akan merawat hubungan yang telah dan sedang dijalani.

Namun, banyak pasangan yang tak menyadari betapa pentingnya soal mendengarkan ini untuk kesehatan perkawinan atau hubungan mereka. Karena, begitu kemampuan untuk mendengarkan dengan saksama hilang dari masing-masing individu yang berada di dalamnya, akibatnya bisa fatal. Salah seorang atau bahkan kedua orang yang ada di dalamnya mungkin merasa dipinggirkan. Mungkin juga frekuensi konflik dan kualitas konflik di antara keduanya akan semakin meningkat. Bisa pula terjadi pemendaman kemarahan. Besar kemungkinan juga terjadi pengabaian emosi. Bahkan, dalam kasus yang hebat, keintiman akan benar-benar hancur atau masing-masing individu akan merasa sangat putus asa, kehilangan harapan. Jadi, tak dapat dimungkiri, saling pengertian yang dibangun dari upaya mendengarkan dengan sungguh-sungguh merupakan hal esensial agar suatu hubungan dapat berkembang.

Kendati begitu, banyak pasangat salah mengira bahwa kemampuan mendengarkan merupakan sesuatu yang alamiah dalam cinta dan hanya perlu sedikit “usaha” untuk memunculkannya. Padahal, kemampuan mendengarkan dengan saksama bukan sesuatu yang bisa datang begitu saja. Seperti otot yang memerlukan latihan, kemampuan mendengarkan Anda juga perlu dilatih dan secara regular digunakan untuk mendapatkan hasil terbaik.

Lalu, bagaimana melatih kemampuan itu agar kita dapat menjadi terampil mendengarkan pasangan kita dengan saksama? “Langkah pertama adalah mengetahui dulu perbedaan berbagai jenis keterampilan mendengar,” ujar Nicastro. Meski bukan daftar jenis keterampilan mendengar yang lengkap, aku Nicastro, apa yang ada di bawah ini merupakan suatu tempat yang baik bagi Anda untuk mulai memahami termasuk pendengar jenis apa Anda atau Anda ingin menjadi pendengar jenis apa.

Mendengarkan Hanya pada Permukaan
Ini adalah tipe mendengarkan yang terjadi pada banyak situasi sosial. Hanya dibutuhkan energi perhatian yang minimum. Misalnya, kasir menyapa Anda “Hai, apa apa kabar?” dan Anda secara otomatis merespons, “Baik. Bagaimana dengan Anda?” Di sini Anda hanya cukup mendengar untuk mengetahui bagaimana merespons situasi sosial seperti itu.

Ketika Anda “mendengar hanya pada permukaan”, Anda memiliki sedikit keterlibatan pada perasaan atau opini pembicara. “Kalau terlalu sering seperti ini, Anda akhirnya mungkin benar-benar akan menjadi seorang ‘pendengar pada permukaan saja’ dalam hubungan Anda dengan pasangan Anda atau orang lain, untuk berbagai alasan. Bingung, merasa terbebani, marah pada pasangan Anda, serta ketidakpedulian dan/atau putus asa terhadap hubungan Anda dapat menjadi hasil dari cara Anda mendengarkan hanya pada permukaan,” ungkap Nicastro. Ketika Anda benar-benar lupa bahwa pasangan Anda meminta Anda untuk membantu dia mengambil air minum setelah berolahraga, Anda mungkin sedang berada dalam level “mendengarkan pada permukaan”.

Mendengarkan dengan Berorientasi pada Aksi
Pada level ini, Anda menyadari bahwa pembicara akan membutuhkan atau menanyakan sesuatu dari Anda. Tujuan Anda di sini terutama adalah mengikuti terus apa yang ia inginkan dari Anda. Walau level ini membutuhkan energi perhatian yang lebih banyak daripada level mendengarkan pada permukaan, Anda tetap dapat kehilangan perhatian dan memiliki jarak emosional dalam percakapan serta menjauh dari inti pertanyaan yang ditujukan kepada Anda. Misalnya, ketika Anda mendadak melesat ke luar rumah dan menyatakan bahwa Anda akan segera menjemput si kecil di sekolah, Anda berada dalam mode “mendengarkan dengan berorientasi pada aksi”.

Mendengarkan dengan Penuh Perhatian
Dalam level mendengarkan dengan penuh perhatian, pembicara dapat merasakan ketulusan perhatian Anda. Di sini, Anda sepenuhnya hadir untuk pasangan Anda dan pesan yang ia kirim berefek kepada Anda—baik karena orang yang mengirim pesan itu penting bagi Anda maupun karena pesan itu sendiri. “Kebanyakan, jika tidak semua, energi mental Anda dicurahkan kepada pasangan Anda ketika Anda sedang mendengarkannya. Ketika Anda dan pasangan Anda mencapai level mendengarkan ini, Anda berdua akan berbagi pengertian dengan lebih baik, saling memahami, dan memiliki hubungan yang bernilai,” ujar Nicastro. Ini merupakan bahan-bahan yang akan membuat Anda berdua bertambah intim.

Mendengarkan dengan Empati
Mendengarkan dengan empati adalah bentuk terdalam dari level mendengarkan yang dapat Anda capai. Pada level ini, Anda melepaskan pengalaman subyektif dan mulai merasakan apa yang disukai oleh pasangan Anda dalam suatu momen khusus. Mendengarkan dengan empati memerlukan beberapa keterampilan yang harus dilatih, seperti berikut ini.
  • Perhatian penuh, tanpa terbebani pada apa yang pasangan Anda katakan atau rasakan.
  • Kemampuan untuk menahan pendapat, berbagai isu, dan rencana Anda sendiri.
  • Tetap membuka diri terhadap pengalaman pasangan Anda seutuhnya, bahkan ketika reaksi tipikal Anda berbeda dari apa yang pasangan Anda lakukan.
Mendengarkan dengan empati tidak selalu mudah untuk dicapai, apalagi bila Anda sedang mengahadapi masalah. Kecemasan atau ketidakpedulian adalah lonceng kematian bagi mode “mendengarkan dengan empati”. Walau untuk mencapai level ini terasa seperti suatu tantangan, keuntungan yang akan didapat bagi hubungan Anda dan pasangan benar-benar sepadan. Empati dari Anda dan pasangan Anda akan membuahkan keintiman dan menciptakan suatu hubungan yang dalam. Dan, ini telah terbukti pada begitu banyak pasangan di dunia.

Nah, kebanyakan pasangan yang ada di dunia ini berada dalam kisaran berbagai jenis cara mendengarkan itu. Namun, masing-masing level tentunya memiliki sebuah tempat dalam suatu hubungan. Situasi yang berbeda memerlukan level mendengarkan yang berbeda. Misalnya, ketika pasangan Anda mengatakan akan pulang terlambat, tidak perlulah Anda beralih ke level “mendengar dengan empati”. Sementara itu, “mendengarkan hanya pada permukaan” akan mendatangkan masalah ketika pasangan Anda mengatakan, “Kamu adalah hal terbaik dalam hidup saya.”

“Mengetahui level mendengarkan jenis apa yang harus kita pakai dalam suatu situasi merupakan hasil gabungan seni dan keterampilan,” tutur Nicastro. Yang pasti, tambah Nicastro, ketika pasangan Anda mendekati Anda dengan sesuatu yang jelas-jelas penting untuk dia, sudah semestinyalah Anda berada dalam level “mendengarkan dengan penuh perhatian” dan “mendengarkan dengan empati”.

Memang, tantangan buat Anda ada pada kemampuan untuk mencapai dua level tersebut—bahkan seandainya Anda yakin bahwa pasangan Anda terus-menerus berada pada level “mendengarkan hanya pada permukaan” atau “mendengarkan dengan berorientasi pada aksi”. Apa pun, yang perlu Anda ingat, walau Anda memilih berlatih keterampilan mendengar itu sendiri saja atau dengan pasangan Anda, seluruh kemampuan dan keterampilan tersebut membutuhkan usaha dan tekad sebelum akhirnya menjadi kebiasaan Anda sehari-hari. Selamat berlatih! (Pedje)

No comments:

Post a Comment